REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan, memperkerjakan 8.000 karyawan untuk mencegah pelecehan seksual. Spesifiknya, para pekerja itu akan melakukan pemeriksaan ekstra untuk memastikan tidak ada kamera tersembunyi di kamar mandi publik.
Pasalnya, kasus kamera tersembunyi yang diselipkan di area privat kerap terjadi di Seoul. Ada oknum yang sengaja meletakkan kamera mini di toilet perempuan, kamar ganti toko pakaian, atau digulung di kantong plastik dekat tempat sampah.
Gambar yang terekam kerap dipublikasikan via situs porno dan tentu saja merugikan korban yang tak tahu apa-apa. Wartawan setempat menyebut kasus pelecehan seksual tersebut sebagai epidemi dan banyak kalangan menuntut pemerintah melakukan sesuatu.
Menjawab permintaan tersebut, pemerintah kota memutuskan menambah jumlah karyawan yang khusus bertugas memeriksa keberadaan kamera tersembunyi. Pekerja yang pada Oktober 2017 hanya berjumlah 50 orang saat ini ditingkatkan menjadi 8.000 orang.
Pemerintah berjanji untuk memastikan para pekerja setiap hari mengecek keberadaan kamera tersembunyi dengan serius. Mulai bulan depan, mereka akan memeriksa 20.554 toilet umum di kereta bawah tanah, taman, pusat komunitas, pusat kebugaran, dan area komersial.
"Upaya ini untuk membantu warga merasa aman ketika mereka menggunakan toilet umum, bebas dari kekhawatiran adanya mata-mata kamera tersembunyi," kata juru bicara Pemerintah Metropolitan Seoul, dikutip dari The New York Times.
Menurut statistik kepolisian, lebih dari 30 ribu kasus pengambilan gambar diam-diam telah dilaporkan secara nasional sejak 2013. Hal tersebut membuat perempuan merasa tidak aman, bahkan menghindari pergi ke toilet umum sendirian di malam hari.
Sebelum ini, upaya pemerintah dinilai tidak serius karena hanya melakukan pengecekan kamera tersembunyi di toilet umum sebulan sekali. Pihak berwenang berdalih, pelaku biasanya menempatkan kamera dalam waktu singkat sehingga tidak terdeteksi.