Rabu 05 Sep 2018 08:14 WIB

Trump Punya Rencana Bunuh Assad

Rencana pembunuhan dikeluarkan pada 2017 lalu, tapi tak terealisasi.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang wartawan Amerika Serikat (AS) Bob Woodward menulis sebuah buku yang berjudul "Fear: Trump in the White House". Dalam buku itu ia menyebut, keinginan Presiden AS Donald Trump membunuh Presiden Suriah Bashar al-Assad setelah serangan kimia April 2017 di Idlib.

Seperti dilansir Alarabiya, Rabu (5/9),  Washington Post yang menerbitkan rincian  buku Woodward menerangkan, Trump memanggil Menteri Pertahanan James Mattis untuk menyatakan niatnya membunuh Assad.

“Ayo bunuh dia! Ayo lakukan. Mari kita bunuh mereka,” tulis Woodward mengulangi pernyataan Trump.

Baca juga, Rusia Abaikan Peringatan Donald Trump.

Menurut surat kabar itu, Mattis setuju dengan arahan Trump. Tetapi setelah mengakihiri pertemuan dengan Trump, Mattis mengatakan kepada seorang pembantu senior bahwa ia tidak akan melakukan perintah itu. "Kami akan jauh lebih terukur," kata Mattis.

Saat itulah mereka memutuskan melakukan serangan udara daripada menjalankan permintaan Trump.

Publikasi buku Woodward telah diperkirakan sebelumnya. Pejabat Gedung Putih menyebut, hampir semua rekan mereka bekerja sama dengan jurnalis pengungkap skandal Watergate itu. Skandal itu membuat Woodward cukup dikenal karena menyebabkan Presiden Nixon mundur.

Gedung Putih, dalam sebuah pernyataan dari sekretaris pers Sarah Huckabee Sanders, pada  Selasa (4/9) menepis kebenaran isi buku itu. Ia mengatakan buku itu tidak lebih dari karangan yang dibuat oleh mantan karyawan Gedung Putih. Mereka diperintahkan untuk membuat citra Presiden terlihat buruk.

Buku itu mengutip kepala staf John Kelly yang ragu akan kemampuan mental Trump. "Kami di Crazytown," katanya.  Ia juga pernah menyebut Trump sebagai "idiot". Namun hal ini dibantah Kelly.

"Pernyataan saya yang pernah menyebut Presiden idiot itu tidak benar," kata Kelly dalam sebuah pernyataan pada Selasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement