Rabu 05 Sep 2018 13:57 WIB

Suriah: AS Kirim Ratusan Ton Senjata untuk Teroris

Rusia dan Suriah mempersiapkan serangan besar-besaran ke Idlib.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Sukarelawan White Helmets mencari korban setelah ledakan di Idlib, Suriah, April lalu.
Foto: EPA/Mohammed Badra
Sukarelawan White Helmets mencari korban setelah ledakan di Idlib, Suriah, April lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Suriah menuding Amerika Serikat (AS) memasok senjata kepada kelompok teroris di negara tersebut. Senjata-senjata itu digunakan para teroris untuk melawan pasukan Pemerintah Suriah dan sekutunya.

“Ratusan ton senjata diangkut melalui pelabuhan Yordania untuk berakhir di tangan teroris di Suriah selatan. Keterkaitan dekat telah diamati antara aktivitas teroris dan pasokan senjata ilegal,” kata Sekretaris Pertama Departemen Hubungan Internasional di Kementerian Luar Negeri Suriah Alaa Saeed Din Hamdan ketika menghadiri konferensi bertajuk Countering Illegal Weapons Supplies as Part of the Fight Against International Terrorism pada Selasa (4/9), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Ia mengatakan, ketika kelompok teroris mendapat dukungan, negaranya justru ditekan melalui sanksi ekonomi. Hamdan menyerukan pihak asing agar mencabut langkah-langkah ekonomi koersif terhadap Suriah. "Ini akan memungkinkan para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka,” ujar Hamdan.

Baca juga, AS Kecam Bom Rusia dan Suriah yang Tewaskan Oposisi.

Ia menegaskan, Pemerintah Suriah tidak akan memberi kelonggaran dan ampun kepada kelompok-kelompok teroris. Suriah bertekad melanjutkan perjuangan menumpas dan menghabisi para teroris yang terus menimbulkan ancaman besar terhadap negara. Selama ini, Suriah menyebut kelompok milisi antipemerintah sebagai teroris.

Sementara itu, Pemerintah Suriah dilaporkan tengah bersiap menggempur Provinsi Idlib. Idlib merupakan wilayah yang hendak direbut kembali oleh Suriah dengan bantuan sekutunya, yakni Rusia dan Iran.

Saat ini Idlib masih dikuasai milisi yang menentang pemerintahan Bashar al-Assad. Idlib menjadi satu-satunya wilayah yang masih berada di luar kontrol Pemerintah Suriah.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan Pemerintah Suriah agar tidak melancarkan serangan sembarangan ke Idlib. Sebab menurutnya, serangan tersebut berpotensi menciptakan krisis kemanusiaan baru di Suriah.  "Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak boleh sembarangan menyerang Provinsi Idlib. Rusia dan Iran akan membuat kesalahan kemanusiaan besar untuk mengambil bagian dalam potensi tragedi kemanusiaan ini," ujar Trump.

Trump tampaknya khawatir dengan warga sipil yang mungkin turut menjadi korban dalam serangan Suriah dan sekutunya. "Ratusan ribu orang bisa terbunuh. Jangan biarkan itu terjadi," ucapnya.

Namun peringatan itu tak diacuhkan Rusia. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menilai AS tak memperhitungkan potensi negatif yang dapat dialami Suriah bila membiarkan Idlib tetap dikuasai pemberontak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement