REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley mengatakan Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan pada Jumat (7/9) untuk membahas situasi di Idlib, Suriah. Ia menilai, eskalasi di wilayah tersebut memang patut dibahas.
“Ini adalah situasi yang tragis, dan jika mereka ingin terus melanjutkan mengambil alih Suriah, mereka bisa melakukan itu,” kata Haley mengacu pada pemerintahan Bashar al-Assad dan sekutunya, yakni Rusia dan Iran.
Ia pun memperingatkan Suriah agar tidak menggunakan senjata kimia ketika melancarkan serangan ke Idlib. “Mereka tidak bisa melakukannya dengan senjata kimia. Mereka tidak bisa menyerang rakyat mereka dan kami tidak akan tertipu. Jika ada senjata kimia yang digunakan, kami tahu persis siapa yang menggunakannya,” ujar Haley.
Serangan militer ke Idlib telah dimulai pada Selasa (4/9). Serangan dibuka dengan bom-bom udara yang dijatuhkan pesawat tempur Rusia. Hal tersebut dikonfirmasi kelompok The Syrian Observatory for Human Rights.
Menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, saat ini Pemerintah Suriah juga telah berencana melancarkan serangan besar-besaran ke Idlib. Idlib merupakan wilayah yang hendak direbut kembali oleh Suriah dengan bantuan sekutunya, yakni Rusia dan Iran. Saat ini Idlib masih dikuasai milisi pemberontak yang menentang pemerintahan Bashar al-Assad. Idlib menjadi satu-satunya wilayah yang masih berada di luar kontrol Pemerintah Suriah.
PBB telah memperingatkan, serangan ke Idlib, yang dihuni 2,9 juta orang, berpotensi menciptakan keadaan darurat kemanusiaan dalam skala yang belum terlihat sebelumnya. Jumlah warga Idlib yang membutuhkan bantuan, yang saat ini sudah cukup tinggi, akan melonjak tajam. Sementara itu, 800 ribu orang diperkirakan dapat mengungsi bila serangan besar-besaran terjadi di sana. Baca: Gedung Putih Bantah Kabar Trump Ingin Bunuh Assad