REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, setiap aksi militer negaranya di Suriah selalu berusaha untuk meminimalkan jumlah korban sipil. Rusia berusaha menyasar target dengan tepat dan akurat. Pernyataannya itu berkaitan dengan serangan militer yang akan dilancarkan ke Provinsi Idlib.
“Kami, seperti yang telah kami katakan berkali-kali sebelumnya, bertindak tepat, selektif, mencoba untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi pada penduduk yang damai,” ujar Ryabkov pada Rabu (5/9).
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan situasi di Idlib masih menjadi keprihatinan dan kekhawatiran Rusia. Moskow tengah menjalin pembicaraan dengan berbagai negara tentang hal tersebut.
“Situasi di Idlib masih menjadi keprihatinan dan kekhawatiran yang tinggi dan tentu saja, Idlib adalah agenda ketika itu datang ke semua kontak yang pihak Rusia miliki di berbagai tingkatan dengan rekan yang relevan,” ujar Peskov.
Baca juga, Erdogan Seru Putin Agar Hentikan Serangan di Idlib.
Serangan militer ke Idlib telah dimulai pada Selasa (4/9). Serangan dibuka dengan bom-bom udara yang dijatuhkan pesawat tempur Rusia. Hal tersebut dikonfirmasi kelompok Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Namun Rusia belum mengonfirmasi tentang serangan itu.
Idlib merupakan wilayah yang hendak direbut kembali oleh Suriah dengan bantuan sekutunya, yakni Rusia dan Iran. Saat ini Idlib masih dikuasai milisi pemberontak yang menentang pemerintahan Bashar al-Assad. Idlib menjadi satu-satunya wilayah yang masih berada di luar kontrol Pemerintah Suriah.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan Pemerintah Suriah agar tidak melancarkan serangan sembarangan ke Idlib. Sebab menurutnya, serangan tersebut berpotensi menciptakan krisis kemanusiaan baru di Suriah.
"Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak boleh sembarangan menyerang Provinsi Idlib. Rusia dan Iran akan membuat kesalahan kemanusiaan besar untuk mengambil bagian dalam potensi tragedi kemanusiaan ini," ujar Trump.
Trump tampaknya khawatir dengan warga sipil yang mungkin turut menjadi korban dalam serangan Suriah dan sekutunya. "Ratusan ribu orang bisa terbunuh. Jangan biarkan itu terjadi," ucapnya.
PBB telah memperingatkan, serangan ke Idlib, yang dihuni 2,9 juta orang, berpotensi menciptakan keadaan darurat kemanusiaan dalam skala yang belum terlihat sebelumnya. Jumlah warga Idlib yang membutuhkan bantuan, yang saat ini sudah cukup tinggi, akan melonjak tajam. Sementara itu, 800 ribu orang diperkirakan dapat mengungsi bila serangan besar-besaran terjadi di sana.