REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi-Cina segera menyelenggarakan pameran besar menampilkan sejarah budaya dan warisan Cina. Rencananya, pameran tersebut akan diresmikan Pangeran Sultan bin Salman selaku Ketua Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional (SCTH) Saudi dan duta besar Tiongkok di Riyadh Li Huaxin pada 12 September.
Dilansir dari Arab News pada Kamis (6/9), pameran tersebut mengangkat tema 'Harta Tiongkok'. “Pameran ini untuk menunjukkan peninggalan budaya besar pertama yang diselenggarakan Beijing di Arab Saudi,” kata Huaxin.
Dia mengatakan pameran tersebut akan berlangsung selama tujuh pekan. Pameran akan digelar di Museum Nasional Saudi dan berlangsung hingga 23 November. Huaxin mengatakan pameran akan menampilkan 264 peninggalan Cina langka dari 13 museum dan lembaga budaya negara tersebut. Pameran tersebut juga menampilkan benda-benda dari penggalian arkeologi bersama Cina-Saudi, termasuk sejumlah besar barang yang dipajang di luar negeri untuk pertama kalinya.
Pameran besar Cina ini diselenggarakan dalam rangka nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Kerajaan Arab Saudi (KSA) dan Tiongkok pada Januari 2016. Tepatnya, ketika Presiden Xi Jinping mengunjungi Arab Saudi.
Kurator pameran dari Pameran Seni Cina, Xu He mengatakan sebuah organisasi yang bertanggung jawab atas pameran pertukaran peninggalan budaya Sino-asing, Museum Istana di Beijing, Museum Sejarah Shaanxi di Xian, dan Museum Luoyang di Provinsi Henan telah mengirim sumbangan koleksi untuk pameran tersebut. Xu mengatakan banyak peninggalan budaya Cina yang paling diakui secara global telah dipilih untuk pameran Riyadh, seperti artefak tertua dalam katalog Cina. Selain itu, patung laksamana setinggi dua meter dipilih untuk pameran agar orang-orang bisa melihat sekilas pasukan rahasia Qinshihuang.
“Jalur Sutra kuno adalah saluran penting untuk komunikasi budaya antara dunia Islam dan Tiongkok. Inilah mengapa kami memiliki begitu banyak peninggalan budaya di Cina yang mencerminkan pengaruh budaya Islam,” ujar dia.