REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Rosatom Asia Tenggara dan Institut Teknologi Kamboja (ITC) menandatangani kesepakatan kerja sama berdasarkan perjanjian antarpemerintah tentang penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai, yang telah ditandatangani antara Rusia dan Kamboja pada tahun lalu. Institut Teknologi Kamboja akan menjadi langkah awal bagi pengembangan Pusat Informasi untuk Energi Atom di Kamboja.
Kepala Rosatom Asia Tenggara, Egor Simonov, dan Direktur Jenderal ITC, Dr OM Romny, telah menuangkan kesepakatan tersebut dalam dokumen yang bertujuan untuk mengintensifkan dialog ilmu nuklir dan pendidikan antara Rusia dan Kamboja.
Kedua pihak sepakat untuk mengembangkan kemitraan antara Institut Teknologi Kamboja dan lembaga pendidikan tinggi Rusia, dan termasuk di dalamnya adalah perusahaan penelitian dan pendidikan dari Rosatom State Corporation.
"Kerja sama ini akan berkontribusi pada meningkatnya kesadaran publik akan teknologi nuklir dan peran mereka dalam pembangunan berkelanjutan di Kamboja," kata Egor.
"Pengembangan ilmu pengetahuan nuklir dan teknologi adalah salah satu pilar penerapan strategi nasional. Selain pembangkit listrik, teknologi nuklir secara luas digunakan dalam obat-obatan, pertanian dan industri penting lainnya," ujar Romny menambahkan.
Institut Teknologi Kamboja didirikan pada tahun 1964, memiliki delapan departemen dengan sekitar 4.942 mahasiswa S1 pada Agustus 2018.