Sabtu 08 Sep 2018 15:00 WIB

Pertemuan Rusia-Iran-Turki Upayakan Solusi Konflik Suriah

Pertemuan membahas penggunaan senjata kimia di Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Sukarelawan White Helmets mencari korban setelah ledakan di Idlib, Suriah, April lalu.
Foto: EPA/Mohammed Badra
Sukarelawan White Helmets mencari korban setelah ledakan di Idlib, Suriah, April lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia, Iran, dan Turki menggelar pertemuan tingkat tinggi di Teheran, Iran, pada Jumat (7/9). Ketiga pemimpin fokus membahas tentang penyelesaikan konflik Suriah, termasuk rencana serangan militer skala besar ke Provinsi Idlib.

Asisten Presiden Rusia Vladimir Putin, Yuri Ushakov mengatakan, dalam pertemuan tersebut, presiden dari ketiga negara diharapkan membahas tentang eskalasi terbaru di Idlib. “Para pemimpin diharapkan untuk memberikan perhatian besar terhadap situasi di sepanjang zona deeskalasi di Idlib, di mana sisa-sisa para teroris ISIS terkonsentrasi, terutama dari Jabhat al-Nusra,” ungkap Ushakov, dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Menurutnya, dalam pertemuan itu akan turut dibahas tentang penggunaan senjata kimia seperti yang telah diperingatkan oleh Amerika Serikat (AS). “Mereka (Putin, Erdogan, dan Rouhani) juga akan menyentuh kemungkinan berbagai provokasi yang menggunakan senjata kimia oleh Damaskus,” katanya.

Ushakov menilai, pertemuan trilateral Rusia, Iran, dan Turki adalah peristiwa penting dalam rekonsiliasi Suriah. Sebab selain mendiskusikan Idlib, presiden dari ketiga negara juga akan membahas langkah-langkah apa yang perlu ditempuh untuk penyelesaian konflik jangka panjang di negara tersebut.

Ketiga negara diharapkan membahas dan kembali mempromosikan dialog intra-Suriah atas dasar resolusi Dewan Keamanan PBB 2254. Termasuk upya untuk mempraktikkan keputusan yang dibuat selama Kongres Dialog Nasional Suriah di Sochi.

Serangan militer ke Idlib telah dimulai pada Selasa (4/9). Serangan dibuka dengan bom-bom udara yang dijatuhkan pesawat tempur Rusia. Hal tersebut dikonfirmasi kelompok The Syrian Observatory for Human Rights. Namun Rusia belum mengonfirmasi tentang serangan itu.

Serangan kembali terjadi pada Kamis (6/9). Kelompok Syrian Observatory for Human Rights mengatakan, pesawat tempur, yang diyakini milik Rusia, menjatuhkan bom dan menghantam desa di selatan Idlib serta sebuah desa di Provinsi Hama yang berdekatan. Rusia pun belum mengonfirmasi tentang serangan tersebut.

Idlib merupakan wilayah yang hendak direbut kembali oleh Suriah dengan bantuan sekutunya, yakni Rusia dan Iran. Saat ini Idlib masih dikuasai milisi pemberontak yang menentang pemerintahan Bashar al-Assad. Idlib menjadi satu-satunya wilayah yang masih berada di luar kontrol Pemerintah Suriah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement