REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengungkapkan adanya bujukan terus menerus yang dilakukan Amerika Serikat (AS) kepada Teheran. Rouhani mengatakan, Amerika Serikat terus meminta Iran untuk memulai negosiasi terkait pakta nuklir.
"Satu sisi mereka mencoba menekan bangsa Iran tapi di sisi lain mereka mengirimi kami pesan dalam berbagai metode untuk melakukan negosiasi bersama," kata Hassan Rouhani.
Rouhani mengatakan, AS meminta Iran untuk melakukan negosiasi di berbagai tempat. Meski demikian, Rouhani mengaku ragu dengan ajakan perundingan AS. Dia mengatakan, Paman Sam mengajak Iran berunding namun mereka juga memberlakukan tindakan brutal kepada Teheran.
Tensi AS dan Iran kembali meningkat setelah Washington memutuskan untuk keluar dari pakta nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). AS menilai ada kecacatan dalam kesepakatan tersebut dan mengusulkan revisi dari perjanjian yang ada.
JCPOA yang ditandatangani AS, Rusia, Cina, Inggirs, Prancis dan Jerman itu telah mengeluarkan Iran dari sanksi internasional. Keluarnya AS membuat Teheran kembali terkena sanksi tersebut dengan tingkatan yang lebih ketat.
AS menjatuhkan sanksi ekonomi sepihak kepada Teheran yang diberlakukan sejak Agustus lalu. Sanksi tersebut menyasar sektor perdagangan metal berharga, keuangan, perbankan nasional dan industri otomotif.
AS rencananya akan memberlakukan sanksi tambahan pada November nanti yang akan menargetkan perdagangan minyak dan gas Teheran. Washington berencana untuk melarang semua ekspor minyak dari Iran.
"Iran tengah menghadapi perang ekonomi, psikologis dan propaganda," kata Rouhani mengacu pada musuh utama mereka yakni AS dan Israel.