REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan seorang pria berusia 61 tahun di Korea Selatan, didiagnosis dengan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) pada Sabtu (8/9). Pihak KCDC mengatakan, pria tersebut sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Seoul.
Pihak KCDC menyebut, pasien kembali ke Seoul pada Jumat setelah perjalanan bisnis ke Kuwait dari 16 Agustus sampai 6 September. Kasus ini merupakan pertama kali setelah Juli 2015 lalu. Saat itu, wabah MERS menjangkit Korea Selatan secara meluas.
"Sejauh yang ditemukan sekarang, 20 orang termasuk pramugari dan staf medis telah berhubungan dekat dengan pasien dan mereka berada di bawah isolasi di rumah," ujar Direktur KCDC Jeong Eun-kyeong dalam konferensi pers.
Jeong mengatakan, sebelumnya pasien tersebut menderita diare dan langsung dilarikan ke Samsung Medical Center dari bandara. Pasien sekarang berada di bangsal isolasi di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul.
Direktur KCDC mengatakan semua penerbangan dari negara-negara Timur Tengah telah dimasukkan ke karantina. “KCDC dan pemerintah lokal akan melakukan yang terbaik untuk mencegah penyebaran MERS,” kata Jeong.
Penyakit menular MERS ini pernah melanda Negeri Ginseng pada 2015 lalu. Wabah tersebut bahkan sampai menyebabkan 38 korban meninggal dunia. MERS dianggap dibawa oleh unta dan sebagian besar terjadi karena penularan dari manusia ke manusia lainnya.