Selasa 11 Sep 2018 01:50 WIB

Genap Setahun Dipenjara, Pemimpin Oposisi Kamboja Dibebaskan

Pemimpin oposisi Kamboja ini dibebaskan bersyarat

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Kamboja (Ilustrasi)
Bendera Kamboja (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Pemimpin oposisi Kamboja, Kem Sokha, yang dipenjara oleh pemerintah Kamboja telah dibebaskan secara bersyarat pada Ahad (9/9) malam. Sokha dibebaskan setelah menghabiskan satu tahun kurungan atas tuduhan pengkhianatan.

Putera Kem Sokha, Kem Monovithya, menegaskan bahwa ayahnya telah dibebaskan secara diam-diam dari penjara di perbatasan tempat Sokha ditahan dan kemudian dibawa ke rumahnya di Phnom Penh di bawah penjagaan. "Sebagai syarat pembebasannya, ayah dikenai tahanan kota," ungkap Monovithya seperti dilansir New York Times, Senin (10/9).

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh pengadilan Kamboja, Sokha dibebaskan secara bersyarat atas dasar kesehatan yang buruk. Setelah setahun ditahan dengan sedikit akses ke perawatan medis, Sokha yang menderita diabetes, tekanan darah tinggi dan memiliki masalah bahu serius dinilai memerlukan perhatian medis.

Sementara itu seorang ekonom Kamboja-Amerika yang mengepalai Future Forum, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Phnom Penh, Ou Virak mengatakan bahwa pemenjaraan Kem Sokha telah memenuhi tujuan penguasa dan kini memang sudah waktunya Sokha bebas.

"Kebiasaan lama Hun Sen (Perdana Menteri Kamboja) memang memenjarakan saingannya dan bahkan juga para kritikus menjelang pemilihan dan membebaskan mereka sesudahnya," kata Virak.

Beberapa tahanan politik lainnya juga telah dibebaskan selama beberapa minggu terakhir, termasuk dua wartawan yang sempat dituduh melakukan pengkhianatan. Virak mengatakan tekanan internasional juga tampaknya berpengaruh.

Meskipun Cina, kata Virak, telah menggelontorkan uang ke Kamboja selama beberapa tahun terakhir tanpa memperhatikan catatan hak asasi manusia yang memburuk, Kamboja masih rentan terhadap tekanan ekonomi dari Barat.

Sokha ditangkap pada 3 September 2017, dan kemudian dituduh bersekongkol dengan Amerika Serikat dalam sebuah rencana untuk menjatuhkan pemerintah Kamboja. Meski ia mengaku tak bersalah dan mengatakan bahwa dia hanya berusaha mengambil alih kekuasaan melalui cara-cara legal, dengan memenangkan pemilihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement