Selasa 11 Sep 2018 06:30 WIB

PBB Minta Operasi Militer di Idlib Suriah Berperikemanusiaan

Dampak konflik ke warga sipil harus diminimalisasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kondisi pusat kota Idlib, Suriah
Foto: The Guardian
Kondisi pusat kota Idlib, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB menyuarakan keprihatinan atas operasi militer yang sedang berlangsung di Provinsi Idlib, Suriah. PBB menyerukan semua pihak yang terlibat dalam konflik di wilayah tersebut tetap menjunjung prinsip hukum humaniter internasional.

“Kami mengingatkan semua pihak pada konflik bahwa mereka yang berpegang teguh pada semua prinsip hukum humaniter internasional yang relevan dalam melakukan operasi (militer),” ujar Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet pada Senin (10/9), dikutip laman Anadolu Agency.

Ia memperingatkan dampak konflik terhadap warga sipil harus diminimalkan. “Bantuan kemanusiaan harus disediakan dan koridor kemanusiaan harus dibuka untuk memastikan warga sipil dengan aman meninggalkan daerah yang terkena dampak konflik,” ujar Bachelet.

Dewan HAM ke-39 akan digelar pada 10-28 September di markas besar PBB di Jenewa, Swiss. Pada kesempatan tersebut akan dibahas pelanggaran HAM yang terjadi di Suriah, Yaman, Palestina, Sudan Selatan, Somalia, Libya, serta Republik Demokratik Kongo.

Serangan militer ke Idlib telah dimulai sejak Selasa pekan lalu. Serangan udara dilancarkan ke wilayah yang masih dikuasai kelompok pemberontak penentang Presiden Suriah Bashar al-Assad tersebut. Rusia turut membantu Suriah dalam serangan itu.

Pasukan Pemerintah Suriah dan Rusia menggempur wilayah selatan Idlib pada Ahad (9/9). Serangan udara dan pemboman menyebabkan sedikitnya lima orang tewas.

Serangan pada Ahad kemarin mengincar desa-desa di selatan Idlib dan provinsi Hama utara. “Seorang bayi dan seorang anak kecil tewas di desa Habeit di selatan Idlib dalam serangan bom barel,” kata White Helmets, kelompok pertahanan sipil yang beroperasi di wilayah yang dikuasai pemberontak, dikutip laman Aljazirah.

Kemudian tiga korban lainnya adalah anggota kelompok pemberontak. Satu di antaranya dilaporkan seorang perwira. Anggota White Helmets Abd al-Karim al-Rahmoun mengatakan sekitar setengah dari populasi penduduk di Hama utara telah mengungsi guna menghindari pemboman oleh pasukan Suriah dan Rusia.

Sementara itu, kelompok pemantau Syrian Obeservatory for Human Rights (SOHR) mengatakan, selama 72 jam terakhir, pasukan Suriah dan Rusia telah melakukan 1.060 kali serangan udara ke Idlib. “Sebagai tanggapan, al-Jabha al-Wataniya lil-Tahrir (NLF), kelompok oposisi bersenjata utama, pada Ahad, menembaki posisi pasukan pemerintah (Suriah) di Hama utara,” ungkap SOHR.

PBB telah memperingatkan, serangan ke Idlib, yang dihuni 2,9 juta orang, berpotensi menciptakan keadaan darurat kemanusiaan dalam skala yang belum terlihat sebelumnya. Jumlah warga Idlib yang membutuhkan bantuan, yang saat ini sudah cukup tinggi, akan melonjak tajam. Sementara itu, 800 ribu orang diperkirakan dapat mengungsi bila serangan besar-besaran terjadi di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement