REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Suriah Bashar al-Assad terbukti menggunakan senjata kimia untuk melumpuhkan teroris di Idlib. Sebuah laporan dari media massa AS The Wall Street Journal (WSJ) menyebutkan Assad menggunakan gas beracun untuk menyerang Idlib.
The Wall Street Journal mengutip salah seorang pejabat senior di Amerika. Pejabat tersebut mengatakan sampai saat ini AS belum berencana mengerahkan kekuatan militer untuk membalas serangan Assad tersebut.
"Kami tidak mengatakan AS akan menggunakan kekuatan militer untuk merespons serangan tersebut," kata pejabat senior itu kepada The Wall Street Journal, seperti dilansir di Fox News, Selasa (11/9).
Pada Ahad (9/9) lalu, pemerintah Suriah melakukan pengemboman di desa Hobiet, Provinsi Idlib. Satu orang gadis kecil tewas dan sejumlah warga terluka karena pengeboman tersebut. AS akan menggunakan kekuatan politik mereka di kawasan Timur Tengah untuk menghentikan tindakan Pemerintah Suriah kepada rakyatnya sendiri.
"Kami memiliki perangkat politik yang dapat kami gunakan, kami memiliki perangkat ekonomi yang dapat kami gunakan, ada sejumlah cara yang berbeda yang bisa kami lakukan jika Assad menggunakan langkah yang sembarangan dan berbahaya," kata pejabat senior tersebut.
Petinggi PBB yakin serangan terhadap Idlib akan mengakibatkan setidaknya 800 ribu orang mengungsi. Saat ini warga yang sudah mengungsi diminta kembali ke rumah mereka masing-masing. Sebelumnya, AS dan Prancis memperingatkan jika serangan ke Idlib akan mengakibatkan krisis kemanusiaan.
Kedua negara Barat tersebut juga sudah memperingatkan pemerintah Assad jika senjata kimia akan membuat negara-negara Barat melakukan pembalasan. Tapi kabarnya peringatan tersebut tidak digubris Assad karena ia didukung Rusia dan Iran.
Bagi dua sekutu Assad tersebut merebut kembali Idlib sangat penting sebagai bukti kemenangan pemerintah militer Suriah atas pemberontak. Pemerintah Assad sudah mengusai kembali kota-kota besar yang pernah dikuasai pemberontak terhadap pemerintahnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (7/9) mendesak rekan-rekannya sekutunya tersebut menerima gencatan senjata dan mencegah pertumpahan darah di Idlib. Tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan pembasmian total teroris di Suriah, sementara Presiden Iran Hassan Rouhani juga mendukung untuk membersihkan Suriah dari teroris secara total.