REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Mantan kepala kelompok Palestina Hamas, Khaled Meshaal menyatakan gerakannya berusaha mengakhiri blokade 11 tahun Israel di Jalur Gaza. Namun, menurutnya, Hamas tak akan terlibat dalam perundingan langsung dengan Israel.
"Israel tidak akan menyerahkan tanah dan kedaulatan kepada kami kecuali jika terpaksa melakukannya," kata Meshaal dalam wawancara dengan televisi Al Jazeera yang berbasis di Qatar yang ditayangkan Senin malam kemarin, dilansir Anadolu Agency, Rabu (12/9).
Khaled menuturkan, Israel telah memberlakukan pengepungan di Jalur Gaza pada 2006 setelah Hamas terpilih untuk berkuasa setelah memenangkan pemilihan parlemen Palestina. Tahun berikutnya, Israel memperketat blokade setelah Hamas merebut Gaza dari kelompok Fatah yang bersaing setelah pertikaian mematikan.
Blokade Israel yang melumpuhkan telah memusnahkan perekonomian enklave pesisir dan merampas dua juta penduduknya dari banyak komoditas pokok. Dalam beberapa minggu terakhir, Mesir telah berusaha untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara faksi Palestina di Gaza dan Israel.
Khaled mengatakan Hamas tidak berusaha menenangkan siapapun dengan mengorbankan prinsip-prinsipnya. "Jika Hamas ingin menenangkan Barat, Anda akan melihat kami duduk bersama [pejabat] di Gedung Putih dan ibu kota Eropa," kata Khaled menambahkan.
Ditanya tentang rekonsiliasi antarPalestina, Khaled mengatakan Hamas telah melakukan semua yang diperlukan untuk mencapai rekonsiliasi. Pihaknya telah mengambil langkah-langkah besar untuk mencapai rekonsiliasi, tetapi saudara-saudara kami di Ramallah tidak memanfaatkan kesempatan itu.
Pada Oktober, Hamas dan Fatah menandatangani perjanjian rekonsiliasi bersejarah di Kairo yang bertujuan mengakhiri 11 tahun divisi pahit. Namun, perjanjian rekonsiliasi gagal berbuah karena perbedaan yang sedang berlangsung antara kedua faksi.