Rabu 12 Sep 2018 17:22 WIB

Serangan Idlib Dinilai Butuh Solusi Politik

Dewan Keamanan PBB membahas serangan Idlib dengan negara anggota.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kondisi pusat kota Idlib, Suriah
Foto: The Guardian
Kondisi pusat kota Idlib, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Dewan Keamanan PBB memperingatkan tentang potensi terjadinya krisis kemanusiaan di Provinsi Idlib, Suriah. Saat ini, peperangan di Idlib tengah berlangsung antara kelompok pemberontak dengan pasukan Pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia.

Dalam sebuah pertemuan yang digelar pada Selasa (11/9), perwakilan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB menyuarakan pendapatnya tentang kondisi terkini di Suriah. Perwakilan Rusia, yang telah menjadi sekutu Suriah, mengatakan negaranya akan tetap melancarkan serangan dan menargetkan kelompok ekstremis di Idlib. Serangan akan dilakukan dengan tetap memperhatikan keselamatan warga sipil.

Menurut perwakilan Rusia, serangan ke Idlib harus dilakukan mengingat adanya potensi penggunaan senjata kimia oleh kelompok ekstremis. “Ekstremis di Suriah mungkin menggunakan senjata kimia, ada ribuan elemen ISIS dan (Jabhat) al-Nusra di Idlib,” kata perwakilan tersebut, dikutip laman Al-Arabiya.

Sementara itu, perwakilan Prancis menyerukan tentang pentingnya solusi politik untuk segera menyelesaikan konflik Suriah. Perwakilan itu mengatakan, pertemuan antara presiden Rusia, Iran, dan Turki baru-baru ini tidak menegaskan komitmen apa pun dari negara-negara terkait untuk menjaga perdamaian. Ia menilai serangan militer ke Idlib akan memicu terjadinya bencana besar.

Perwakilan Cina berpendapat serupa dengan Prancis. Beijing menilai tidak ada alternatif lain untuk menyudahi konflik Suriah selain mengupayakan solusi politik. Kemudian perwakilan Belanda meminta Rusia dan Iran menghentikan persiapan melancarkan serangan ke Idlib. Belanda memperingatkan bahaya eskalasi cepat di Suriah.

Namun, perwakilan Kuwait menyatakan hal berbeda. Kuwait mengatakan serangan terhadap kelompok teroris di Idlib harus menghormati hukum yang melindungi warga sipil. Kendati demikian, Kuwait tetap menyuarakan kekhawatirannya tentang bencana kemanusiaan yang mungkin terjadi di wilayah tersebut. Mereka meminta masyarakat internasional bertindak agar hal itu tak terjadi.

Sedangkan, perwakilan Swedia menyerukan Dewan Keamanan bertindak cepat guna menghentikan eskalasi di Suriah. Tujuannya tak lain agar potensi munculnya bencana kemanusiaan dapat dihindari.

Serangan militer ke Idlib dilancarkan sejak pekan lalu. Pesawat-pesawat tempur Rusia telah melakukan pemboman ke sejumlah titik di wilayah tersebut.

PBB telah memperingatkan, serangan ke Idlib, yang dihuni 2,9 juta orang, berpotensi menciptakan keadaan darurat kemanusiaan dalam skala yang belum terlihat sebelumnya. Jumlah warga Idlib yang membutuhkan bantuan, yang saat ini sudah cukup tinggi, akan melonjak tajam. Sementara itu, 800 ribu orang diperkirakan dapat mengungsi bila serangan besar-besaran terjadi di sana.

Perang Suriah telah berlangsung sekitar tujuh tahun. Konflik telah menyebabkan lebih dari setengah juta orang tewas dan lebih dari 10 juta lainnya mengungsi ke berbagai negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement