REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Polisi Zimbabwe mengeluarkan larangan atas semua pertemuan umum untuk mengendalikan penyebaran kolera, Rabu. Larangan itu diterbitkan sehari sesudah pemerintah mengumumkan keadaan darurat menyusul perluasan wabah penyakit yang telah menewaskan 21 orang di Ibu Kota Harare.
Dalam pernyataannya, juru bicara polisi nasional Zimbabwe, Charity Charamba, mendesak anggota masyarakat memperhatikan pelarangan itu. Ia menegaskan masyarakat bisa membantu mengurangi penyebaran kolera dengan tidak berkumpul dalam jumlah banyak.
Akan tetapi, Charamba tidak mengatakan berapa lama pelarangan itu diberlakukan.
Pemimpin oposisi utama, Nelson Chamisa, merencanakan mengadakan unjuk rasa pada Sabtu. Ia diduga telah meniru sumpah jabatan presiden, tiga pekan sesudah Presiden Emmerson Mnangagwa dilantik menyusul putusan pengadilan yang memenangkan perselisihan kemenangan pemilihan umumnya. Juru bicara Chamisa, Nkululeko Sibanda, belum memberikan tanggapan.
Pemimpin oposisi itu pada Rabu pagi mengunjungi klinik tempat penderita kolera dirawat dan menyerukan kerja sama pejabat kesehatan kota itu dengan pemerintah. Menteri Kesehatan Obadiah Moyo pada pertemuan departemen penangan wabah itu menyatakan lebih dari 3.000 orang terpapar kolera dan penyakit itu sekarang menyebar ke luar Ibu Kota.
Kejadian tersebut merupakan wabah kolera terbesar sejak 2008. Saat itu, 4.000 orang meninggal dan lebih dari 40.000 dirawat karena penyakit tersebut, demikian data kementerian kesehatan.