REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Anwar Ibrahim, kandidat perdana Menteri Malaysia ke depan, mengecam kejahatan kemanusiaan yang dipertontonkan Pemerintah Myanmar atas Rohingya dan Cina terhadap etnis Uighur. Ia pun mempertanyakan sikap Suu Kyi.
“Saya terkejut oleh sikap Aung San Suu Kyi akhir-akhir ini. Umat Buddha, Muslim, Kristen, semua mendukungnya. Mengapa harus membiarkan kejahatan terhadap minoritas,” kata Anwar dilansir Strait Times, Rabu (12/9).
Berdasarkan pernyataan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perlakuan Pemerintah Myanmar terhadap Rohingya mengarah ke genosida. Namun, pemerintahan Suu Kyi menolak tudingan itu.
Laporan ini dinilai hanya akan merusak upaya membawa perdamaian dan rekonsiliasi nasional. “Laporan PBB hanya menciptakan perpecahan dan ketidakpercayaan lebih lanjut di Negara Bagian Rakhine dan seluruh negeri,” pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Myanmar.
Pembersihan Etnis Rohingya
Kritik Anwar terhadap Suu Kyi lebih bersifat pribadi. Keduanya berada di antara tahanan politik paling terkenal di Asia karena dikurung berkali-kali oleh rezim opresif.
Anwar baru dibebaskan dari penjara pada Mei lalu, setelah berakhirnya pemerintahan Barisan Nasional PM Najib Razak selama enam dekade.
Baca juga, UE Bisa Bantu Rohingya dengan Lemahkan Militer Myanmar.
Pada 2012, istri Anwar, Wan Azizah Wan Ismail mengirim surat pribadi pada Suu Kyi. Ia mengucapkan selamat untuk kemenangan pemilu peraih nobel perdamaian itu. Dia meminta Suu Kyi menggunakan kekuatannya untuk membantu Rohingya.
“Saya menantikan kepemimpinan Anda di Myanmar sehingga nasib semua warga, termasuk Rohingya, membaik,” tulis Azizah.
Anwar saat di Hong Kong, Rabu (12/9), mengaku kecewa dengan Suu Kyi. Suu Kyi bahkan tak punya keinginan mengatakan, "stop pembunuhan".
“Aung San Suu Kyi benar-benar mengecewakan,” kata dia. Juru bicara pemerintah Suu Kyi, Zaw Htay, tidak dapat dihubungi untuk menanggapi komentar Anwar itu.