REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Pasukan Rusia dan Suriah sedang mempersiapkan serangan untuk mengusir kubu pemberontak yang masih tersisa di provinsi Idlib. Sayangnya, sebagian warga sipil tak bisa keluar dari provinsi Idlib karena dihalangi oleh kubu pemberontak.
"Mereka tidak membiarkan orang-orang untuk pergi ke zona yang lebih aman, ke wilayah yang lebih aman," ungkap salah satu pengungsi bernama Ahmad yang berhasil meninggalkan provinsi Idlib menuju kamp pengungsian Bar Elias di Lebanon, seperti dilansir ABC, Jumat (14/9).
Ahmad mengatakan para tentara Arab Suriah telah membuka lebih dari satu koridor untuk warga sipil di Idlib. Akan tetapi para teroris pemberontak tidak membolehkan siapapun untuk pergi.
"Karena mereka akan menggunakan penduduk sipil sebagai perisai manusia," papar Ahmad (53) yang sudah berhasil meninggalkan Idlib sejak lima tahun lalu.
Ahmad mengatkan saat ini tidak ada serangan bom karena pihak kubu pemberontak dan Suriah sedang bernegosiasi. Namun bila kubu pemberontak menolak untuk menyerah, tentara Arab Suriah akan maju dan menghancurkan Idlib.
"Tidak ada opsi lain dan kami mendukung tentara Arab Suriah untuk itu," tambah Ahmad.
Sebelumnya, PBB dan Amerika Serikat serta eberapa negara lain telah mendoorng pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia serta Iran untuk melakukan negosiasi demi mendapatkan solusi damai di Idlib. Akan tetapi para pengungsi menilai masalah utamanya ada di kubu pemberontak.
Pengungsi lain di kamp Beeka Valley yang juga bernama Ahmad (28) merasa khawatir atas keselamatan saudara perempuan dan keponakan-keponakannya. Ahmad mengatakan saudara perempuannya tidak berhasil kabur karena dihalangi para teroris pemberontak.
"Para pemberontak tidak membiarkan mereka pergi," jelas Ahmad.
Sekalipun para warga sipil di Idlib saat ini berhasil kabur, mereka tak lagi bisa masuk ke kamp pengungsian di Lebanon maupun Turki. Alasannya, kedua negara ini telah menutup perbatasan mereka setelah menampung sekitar 4,5 juta pengungsi Suriah.
Di sisi lain, utusan Rusia di Suriah Alexander Lavrentiev mengatakan negaranya akan 'mengeliminasi' para pemberontak yang tersisa di Idlib. Lavrentiev mengatkaan posisi mereka sangat ketat dan sangat kuat. Ia bersikeras negosiasi seharusnya tidak dilakukan dengan pihak pemberontak.
"Jika mereka menyerah, itu akan menjadi keputusan terbaik," terang Lavrentiev ketika ditanya mengenai makna 'eliminasi' yang ia ungkapkan.
Sayangnya, kemungkinan untuk pihak pemberontak menyerah sangat kecil. Kelompok pemberontak moderat mungkin saja mempertimbangkan kemungkinan untuk menyerah. Tapi, kelompok pemberontak dan ribuan pasukan yang berkongsi dengan grup radikal seperti Al Nusra Front kemungkinan tidak akan menyerah.