REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Rabu (19/9), di resor Laut Hitam, di Sochi, Rusia. Dalam pertemuan tersebut kedua pemimpin akan membahas menyoal perkembangan di Suriah.
Hingga saat ini Turki masih mengupayakan untuk solusi damai bagi Provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah. "Kami akan melanjutkan upaya kami dengan Iran dan dengan Rusia. Kami akan melanjutkan upaya kami di tatanan internasional juga," ujar Presiden Erdogan ditemani Menteri Luar Negeri Turki Melvut Cavosoglu seperti dikutip Huuriyet Daily News, Sabtu (15/9).
Ankara, mengaku prihatin akan krisis kemanusiaan di Idlib. Sebab Idlib juga merupakan jalan yang melintasi batas-batas Turki dan merupakan rumah bagi lebih dari tiga juta orang.
Sementara itu, dalam pernyataan terpisah juru bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan, solusi bagi kasus Idlib yakni dengan solusi politik, bukan militer. Hal itu dikatakannya setelah pertemuan dengan perwakilan Prancis, Jerman dan Rusia pada KTT ke empat di Suriah.
Ketiga negara itu kini sedang mengharapkan kejelasan status Idlib termasuk perlindungan warga sipil dan pencegahan krisis kemanusiaan. "Poin umum semua pihak adalah solusi yang bersifat politik daripada militer," ujarnya.
Kalin mengatakan, kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendatang ke Sochi merupakan hal yang penting. "Turki mengharapkan dukungan yang lebih terbuka dan langsung dari komunitas internasional dan para pemimpin," tambah Kalin.
Menurut lembaga pertahanan sipil White Helmets, sejak awal September, setidaknya 30 warga sipil tewas di Idlib dan Hama. Selain itu belasan orang terluka akibat serangan udara oleh rezim dan pesawat tempur Rusia.
Sementara pemerintah Suriah baru-baru ini mengumumkan rencana untuk meluncurkan serangan militer besar-besaran ke daerah itu, yakni daerah yang lama dikendalikan oleh berbagai kelompok oposisi bersenjata. Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) memperingatkan serangan semacam itu akan mengarah pada bencana kemanusiaan terburuk di abad ke-21.