Ahad 16 Sep 2018 02:48 WIB

Topan Mangkhut Tewaskan 14 Orang di Filipina

Topan merobohkan atap, menumbangkan pohon, memicu 42 tanah longsor.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Israr Itah
Warga Kota Lal-lo, Provinsi Cagayan, Filipina, berusaha menyingkirkan tiang listrik yang roboh menghalangi jalan akibat Topan Mangkhut, Sabtu (15/9).
Foto: EPA-EFE/FRANCIS R. MALASIG
Warga Kota Lal-lo, Provinsi Cagayan, Filipina, berusaha menyingkirkan tiang listrik yang roboh menghalangi jalan akibat Topan Mangkhut, Sabtu (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Sekitar 14 orang tewas dalam bencana Topan Mangkhut yang merusak wilayah Filipina utara. Topan Mangkhut menghantam pulau utama Luzon di Filipina, dan sekarang bergerak ke barat menuju Cina.

Topan merobohkan atap, menumbangkan pohon, memicu 42 tanah longsor dan menyebabkan banjir besar. Mangkhut melepaskan angin 185 km/jam saat melaju dari timur ke barat melintasi utara Luzon. Lima juta orang berada di jalurnya, dan ribuan orang dievakuasi.

Pejabat pemerintahan menyebutkan, hampir semua bangunan di Kota Tuguegaraoi, Provinsi Cagayan, mengalami kerusakan, dan komunikasi menurun di beberapa tempat.

Francis Tolentino, penasihat politik untuk Presiden Rodrigo Duterte, mengatakan sebanyak 14 orang tewas akibat badai itu, dilansir di BBC, Sabtu (15/9). 

Dua penyelamat meninggal karena mencoba membantu orang yang terjebak dalam tanah longsor. Laporan yang belum diverifikasi menyebutkan bahwa tubuh seorang gadis muda ditemukan di sungai Marikina, yang mengalir melalui Manila.

Wali Kota Baguio Mauricio Domogan mengatakan lima orang tewas di sana, menambahkan bahwa jumlah yang sama juga hilang dan sistem pembuangan limbah dikuasai oleh banjir. Pusat evakuasi di kota pesisir Aparri konon telah hancur dan jaringan telepon seluruhnya mati.

Kekuatan besar Topan Mangkhut di salah satu daerah penghasil makanan paling penting di negara itu belum dapat dinilai.

Topan itu mengingatkan kenangan badai paling mematikan yang tercatat di Filipina, Super Typhoon Haiyan pada 2013, yang menewaskan lebih dari 7.000 orang. Namun, prosedur persiapan dan evakuasi telah ditingkatkan sejak saat itu.

Otoritas di Filipina mengatakan bahwa mereka lebih siap untuk badai daripada tahun-tahun sebelumnya. Peringatan telah dikeluarkan di puluhan provinsi. Perjalanan melalui laut dan udara dibatasi. Penerbangan dibatalkan, sekolah ditutup dan tentara disiapkan.

"Kami benar-benar ketakutan," kata Delila Pasion, yang telah melarikan diri dari rumahnya, "Mereka mengatakan badai itu sangat kuat, kami terlalu takut untuk tetap tinggal. Selama musim hujan sebelumnya, setengah dari rumah kami hancur jadi saya ingin membawa cucu-cucu saya ke tempat yang aman."

Filipina secara rutin dilanda topan. Topan itu melakukan pendaratan di Bagao, di timur laut Filipina, sekitar pukul 01.40 waktu setempat pada Sabtu (15/9) dan meninggalkan negara sekitar 20 jam kemudian.

Setelah kehilangan sebagian kecepatan anginnya di darat saat menuju barat, badai itu turun dari level topan super. Diperkirakan akan sedikit melemah saat mendekati Cina dari tenggara.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebut badai itu sebagai topan tropis terkuat yang pernah dihadapi dunia sepanjang tahun ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement