Ahad 16 Sep 2018 08:03 WIB

Kesehatan Masyarakat Negara Ini Dirusak Makanan Cepat Saji

Bolivia menghadapi kenaikan konsumsi makanan cepat saji dan tidak sehat 200 persen.

Red: Nur Aini
Makanan cepat saji
Foto: pixabay
Makanan cepat saji

REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Laporan baru-baru ini menyebutkan konsumsi makanan cepat saji dan makanan tidak sehat di Bolivia telah naik hampir 200 persen dalam 15 tahun belakangan. Kondisi tersebut menimbulkan risiko besar bagi kesehatan masyarakat.

Selama wawancara dengan Xinhua pada Jumat (14/9), Menteri Kesehatan Bolivia Dabeiva Chavez menjelaskan bahwa "makanan cepat saji" terkenal di seluruh kelompok usia karena harganya yang murah dan mudah ditemukan. Menurut Dabeiva Chavez, yang juga adalah Direktur Gagasan Promosi Kesehatan, rantai makanan cepat saji nasional dan internasional telah menyebar di kebanyakan kota besar Bolivia.

"Kios yang menjual hamburger, kentang goreng, manisan dan minuman olahan ditemukan di luar sekolah, tempat anak-anak dan generasi muda mengkonsumsi semua itu," ujarnya.

"Makanan itu juga ditemukan di luar tempat kerja, kapan saja sepanjang hari," ujar menteri tersebut.

Dabeiva Chavez percaya bahwa karena kedua orang tua di dalam satu keluarga bekerja, mereka tidak bisa menyiapkan makanan yang berkualitas yang dimasak di rumah. "Anak-anak dan orang tua sekarang harus makan di jalan, tempat makanan tidak sehat tersedia dalam jumlah berlimpah. Ini mempengaruhi kesehatan," kata Dabeiva.

Pada 12 September, Yecid Umacayo, Direktur Bagian Makanan dan Gizi di Kementerian Kesehatan Bolivia, menyampaikan keprihatinannya mengenai peningkatan yang mengkhawatirkan dalam konsumsi makanan tidak sehat. Direktur itu merujuk kepada penyelidikan yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Pan-Amerika (OPS) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), yang melaporkan peningkatan 180-200 persen konsumsi makanan tidak sehat, yang berisi kadar-gula tinggi, minyak, dan garam di Bolivia.

Orang yang kelebihan berat atau gemuk lebih mungkin terserang diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung atau bahkan kanker tertentu, kata laporan itu. Penyakit tersebut menjadi penyebab 70 persen kematian di negeri itu, demikian data dari Program Nasional mengenai Penyakit Tak-Menular di Kementerian Kesehatan.

Pada 2016, Pemerintah Bolivia mensahkan peraturan Dorongan Pola Makan Sehat untuk mendidik rakyat agar mengkonsumsi makanan sehat. Hal itu guna mengurangi penyakit terkait. Selain kebiasan makan yang sehat, peraturan tersebut juga mendorong rakyat agar berolah-raga dan mengatur iklan dan pemberian merek makanan serta minuman non-alkohol. Pada 12 September, selama Pekan Kesehatan di negara-negara Amerika, Kementeri Kesehatan Bolivia mengakui pekerjaan lembaga yang berkomitmen untuk meningkatkan gaya hidup sehat bagi masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement