REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan rencananya akan bertemu untuk membahas konflik di Idlib, Suriah. Dilansir di Radio Farda, Senin (17/9) kedua pemimpin negara tersebut rencananya akan bertemu di pelabuhan Laut Hitam di Sochi.
Pertemuan ini dilakukan 10 hari setelah keduanya bertemu bersama Presiden Iran Hassan Rohani membahas hal yang sama. Tapi di pertemuan sebelumnya, ketiga negara sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad tersebut tidak ada titik temu. Rusia dan Iran tetap berjanji mendukung Suriah memberantas teroris dan pemberontak di Idlib.
Kota tersebut satu-satunya wilayah yang masih dikuasi oleh gerilyawan. Tapi Erdogan berulang kali menyerukan gencatan senjata di Idlib. Sebab menurut Erdogan konflik berdarah di Idlib dapat mengakibatkan krisis kemanusiaan.
Sebelumnya pada, 14 September lalu Menteri Luar Negeri Rusia Sergie Lavrov mengatakan Rusia akan terus memborbadir pasukan pemberontak jika dibutuhkan. Tapi Rusia juga akan membuka ruang untuk bantuan kemanusiaan masuk.
Turki khawatir jika ada konflik yang semakin berdarah di Idlib maka akan terjadi pengungsian besar-besaran. Saat ini Turki sudah menjadi rumah bagi lebih dari 3 juta warga Suriah yang mengungsi sejak perang pecah di Suriah sejak 2011.
Pada tahun lalu Turki, Rusia dan Iran sudah melakukan pertemuan di Ibu Kota Kazakhstan, Astana. Meski kini berada di posisi yang berbeda tapi pada pertemuan tersebut mereka membahas tentang situasi perang di Suriah, rencana gencatan senjata dan menurun jumlah zona perang.
Kemungkinan negosiasi yang berjalan akan mengambil langkah operasi militer terbatas. Mereka hanya akan melancarkan serangan militer ke kelompok yang terkait dengan Alqaidah, yakni Hayat Tahrir al-Sham. Kelompok tersebut diyakini menjadi kelompok dominan di Pronvisi Idlib.