Selasa 18 Sep 2018 19:26 WIB

Sulitnya Meliput Kamp Rahasia Muslim di Cina

Suasana di Masjid Id Kah terasa seperti zona perang daripada tempat ibadah.

Koresponden ABC di Cina, Matthew Carney, saat berada di Kota Kashgar, Provinsi Xinjiang.
Foto: ABC
Koresponden ABC di Cina, Matthew Carney, saat berada di Kota Kashgar, Provinsi Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Upaya Pemerintah Cina menekan ekstremisme dan sentimen kemerdekaan di Provinsi Xinjiang yang terletak di bagian barat negara itu meningkat ke level yang sangat ekstrem. Mungkin inilah tempat paling sulit untuk diliput di Cina.

Pemerintah Cina menyangkal adanya tindakan itu dan tak suka wartawan asing datang ke sana untuk menyelidikinya. Namun, wartawan ABC Australia, Matthew Carney, berkunjung ke Kota Kashgar, jantung masyarakat minoritas Muslim Uighur. Berikut ini penuturannya.

Sebagai gambaran, Kota Kashgar lebih dekat ke Teheran atau Baghdad daripada ke Beijing. Provinsi Xinjiang dihuni sekitar 11 juta orang Uighur, etnis minoritas keturunan Turki yang menganut agama Islam.

Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut apa yang dilakukan Pemerintah Cina di sana merupakan tindakan paling keras terhadap kelompok etnis di dunia saat ini. Aktivis HAM mengungkap terjadinya pelanggaran dan penahanan massal terhadap sekitar satu juta orang Uighur. Mereka, katanya, ditahan dalam kamp pendidikan ulang.

Setelah melakukan perjalanan sepanjang hari, saya tertidur lelap sampai sekitar tengah malam di hotel. Saat itu telepon berdering, membuat saya tersentak. Rekan saya yang warga Cina menyatakan "mereka ada di sini, mereka ingin menemui kita di bawah sekarang".

Kami telah mengantisipasi hal itu. Begitulah cara petugas keamanan berurusan dengan wartawan asing di Xinjiang.

Kami berhasil menghindarinya selama dua jam setelah berpura-pura jadi turis ketika mengambil gambar Masjid Id Kah, yang terasa seperti zona perang daripada tempat ibadah. Tentara antihuru-hara berpatroli di daerah itu dan sebuah bendera Cina bertengger di kubah masjid.

photo
Warga di Kota Kashgar, Xinjiang. (ABC News: Matthew Carney)

Lima petugas keamanan sudah menunggu kami di lantai bawah hotel. Dua dari mereka, Max dan Mike, seperti yang mereka sebutkan, berbicara bahasa Inggris yang sempurna: "Selamat datang di Kashgar".

Saya mengeluh ke mereka ini sudah tengah malam. Dan, ini bukan sambutan yang bagus.

Max menjawab: "Kami hanya menjalankan tugas. Kami ingin menunjukkan betapa damai dan harmonisnya Kashgar".

Lalu segera ditambahkan: "Jika kalian merekam kehadiran polisi atau petugas keamanan, teknologi CCTV manapun, visa jurnalis Anda mungkin dibatalkan".

Kami datang ke kota ini untuk memfilmkan bagaimana Pemerintah Cina menggunakan teknologi sebagai alat represi baru. Ini tampaknya akan menjadi tugas yang sulit.

Diawasi ke manapun kami pergi

Yang menarik, Mike dan Max sendiri adalah orang Uighur. Orang akan menyebut mereka kolaborator, bagian dari upaya Cina untuk mengubah sebagian penduduk Uighur menjadi mata-mata atas penduduk lainnya.

Empat hari berikutnya, kami baru sadar sebenarnya petugas keamanan yang mengawasi kami 24 jam itu jumlahnya jauh lebih besar. Lebih dari 20 orang.

Ke manapun kami pergi, mereka sudah ada di sana. Mereka menyamar dan berganti peran, misalnya sebagai penjaga toko, pekerja konstruksi, pengemudi, atau turis yang sibuk memotret.

Lucunya, beberapa di antara mereka memainkan peran berbeda hanya dalam tempo beberapa jam. Kami mengenali penjaga toko yang tiba-tiba berubah menjadi tukang. Tiga wanita dari Departemen Propaganda yang tak pernah meninggalkan kami, akan memastikan lokasi 'dibersihkan' sebelum kami datang sehingga semuanya terlihat damai dan harmonis.

Petugas yang mendampingi mengendalikan gerak kami, menuntut agar kami menghapus rekaman yang kami ambil. Untuk menyenangkan mereka, kami pun melakukannya, tetapi kami sudah punya beberapa rekaman yang tak mereka deteksi. Rekaman itu disiarkan di ABC TV pada Selasa (18/9).

Nyaris tak mungkin berbicara dengan penduduk Uighur. Orang yang kami wawancarai semua sudah diatur sehingga mereka akan menyampaikan pembangunan luar biasa yang dilakukan Cina untuk masyarakat Uighur.

Kami berbicara dengan penjaga toko di Grand Bazaar. Orang ini telah dilatih selama 15 menit oleh para pendamping kami sebelum wawancara.

"Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, hidup semakin membaik. Sekarang kami memiliki jalan dan bangunan yang bagus. Bahkan, kereta api dan pesawat terbang. Hidup menjadi jauh lebih baik," kata penjaga toko itu.

Saya tak mendesaknya dengan pertanyaan lebih lanjut karena risikonya tak sebanding. Jika penduduk setempat berbicara jujur ​​tentang tindakan keras pemerintah yang sedang berlangsung, mereka pasti akan ditahan.

photo
Kota Kashgar merupakan jantung masyarakat Muslim Uighur di wilayah barat Cina. (ABC News: Matthew Carney)

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-09-17/sulitnya-meliput-kamp-rahasia-minoritas-muslim-di-china/10254928
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement