Rabu 19 Sep 2018 15:26 WIB

Peti Kemas Berisi Ratusan Mayat Jadi Polemik di Meksiko

Kendaraan berisi mayat diparkir ilegal di Meksiko yang menimbulkan kemarahan publik.

Red: Nur Aini
Mexico City, Meksiko
Foto: flickr
Mexico City, Meksiko

REPUBLIKA.CO.ID, MEKSIKO CITY -- Pihak berwenang Meksiko memecat petugas forensik pada Selasa (19/9). Hal itu setelah muncul protes keras atas tempat penyimpanan 150 mayat di truk peti kemas berpendingin di Jalisco.

Di negara bagian tersebut, tempat penyimpanan mayat dipadati dengan jenazah korban perang obat bius di Meksiko. Pembunuhan di negara bagian itu, di Meksiko barat, pada tahun ini tercatat 16.339 kasus. Tingkat pembunuhan secara nasional naik pada tahun lalu, mencapai rekor tertinggi dalam sejarah modern.

Salah satu kelompok obat bius paling kuat dan bengis di Meksiko ialah Kartel Generasi Baru Jalisco. Tuduhan yang disampaikan pihak berwenang di Jalisco ialah salah urus mayat-mayat pekan lalu setelah truk semi trailer itu dengan 150 jasad terlihat di satu gudang di pinggiran Guadalajara, kota kedua terbesar di Meksiko. Keadaan tersebut menimbulkan kemarahan wali kota, yang mengatakan kendaraan itu diparkir secara ilegal.

Kemudian, truk itu terlihat dekat dengan rumah-rumah di satu tanah lapang agak jauh dari kota tersebut. Para warga yang berada di sekitar itu protes karena mereka mencium bau busuk.

Juru bicara negara bagian Jalisco, Gonzalez Sanchez, mengatakan kepada radio setempat bahwa Luis Octavio Cotero, yang mengepalai lembaga forensik sejak tahun 2015, dibebastugaskan karena ia gagal bertanggung jawab atas penyimpanan mayat. Cotero mengatakan kepada Reuters bahwa lembaganya tidak bertanggung jawab atas penyimpanan mayat-mayat yang tak diklaim para keluarganya. Cotero menuduh pemerintah menjadikan dirinya kambing hitam setelah ia menanyakan temuan-temuan dari satu investigasi atas hilangnya tiga mahasiswa film awal tahun ini.

"Ini kelakuan politik yang jelek. Saya mohon maaf kepada lembaga," kata Cotero, dengan menambahkan bahwa para pejabat negara bagian mengetahui mereka memerlukan lagi ruang tempat penyimpanan mayat dua tahun lalu.

"Hanya sekarang mereka mencari-cari (kambing hitam) ... ini praktik inefisiensi yang telah membuat negara bagian kami dalam posisi tidak mengenakkan," kata dia.

Menurut Cotero, 100 jasad lagi disimpan di sebuah truk terpisah dan berpendingin. Kendaraan itu diparkir di lembaga forensik, dan truk lain telah dipaksa pindah karena tak ada lagi tempat untuk parkir. Juru bicara negara bagian itu mengatakan penyelidikan dilakukan untuk mendalami berbagai versi berkembang tentang siapa memberi perintah memindahkan peti kemas tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement