REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pada hari ini 20 September 1984, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) merasakan hari memilukan. Sebuah truk yang di dalamnya berisi anggota ekstremis membawa bom dan menabrak parkiran Kedubes.
Dengan kecepatan tinggi truk itu menghantam Kedubes. Truk itu berisi bahan peledak tinggi dengan berat 500 kilogram.
Pelaku bom bunuh diri datang dengan kendaraan yang mirip dengan kendaraan lain milik armada kedutaan AS. Tak disangka, truk mendobrak pagar dan melewati penjaga yang terus menembaki truk itu
Seperti dilansir BBC, 22 orang tewas dalam serangan bom bunuh diri termasuk dua orang pelaku. Duta Besar AS Reginald Bartholomew juga tewas dengan jasadnya yang ditemukan di balik reruntuhan bangunan. Selain itu, puluhan orang terluka.
Usai peristiwa berdarah ini, Pemerintah AS menutup Kedubes di Beirut selama enam pekan. Setelah bangunan direnovasi, Paman Sam kembali membuka kantor perwakilan diplomatik tersebut, meski ancaman dari militan belum mereda.
Sebelum kejadian itu, kantor perwakilan AS juga diserang bom oleh militan di Lebanon pada April 1983, yang mengakibatkan 61 orang tewas. Sembilan bulan sebelumnya, kelompok ekstremis Islam juga ada di balik serangan dahsyat di pangkalan marinir AS di Beirut yang menewaskan 241 orang.
Kelompok ekstremis yang bersekutu dengan Ayatollah Khomeini di Iran mengatakan, pihaknya mengklaim menyerang kedutaan oleh sebab tidak ingin bersatu dengan orang Amerika yang tinggal di tanah Lebanon. Presiden AS saat itu, Ronald Reagan mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas kejadian itu. Ia memperingatkan ancaman terorisme dan dengan tegas mengatakan, AS tidak perlu takut dan kahwatir akan serangan terorisme.
"Kalian harus tetap hidup. Lakukan yang terbaik. Kita semua perlu tahu bahwa kelompok teroris itu merupakan ancaman bagi seluruh dunia," ujar Reagan.