REPUBLIKA.CO.ID, ROMA –- Kepala Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) David Beasley mengatakan, badan-badan bantuan kemanusiaan di Yaman hampir kehabisan waktu untuk mencegah negara itu terjerembab dalam bencana kelaparan. Ia mendesak semua pihak yang terlibat dalam konflik di Yaman menghormati dan mematuhi hukum humaniter internasional.
Beasley mengungkapkan, akses distribusi bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan di Yaman. “Hanya penghentian permusuhan segera akan memberikan komunitas kemanusiaan akses berkelanjutan yang dibutuhkan untuk menyediakan makanan dan bantuan penting lainnya yang diperlukan guna menyelamatkan kehidupan Yaman,” katanya pada Rabu (19/9), seperti dikutip laman UN News.
Ia menjelaskan, WFP memasok bantuan pangan untuk 6-7 juta warga Yaman setiap bulannya. Bantuan tersebut sangat vital dalam rangka mencegah Yaman terperosok ke dalam bencana kelaparan. Namun menurutnya, lembaganya kini mulai mencapai batas.
WFP sebenarnya hendak meningkatkan kapasitas atau cakupan bantuan pangannya untuk 8 juta orang Yaman per bulan. Tapi Beasley menilai, jika konflik terus berlanjut dan kondisi ekonomi kian memburuk, hal itu tampaknya sulit diwujudkan.
Baca juga, PBB akan Gelar Perundingan Damai Yaman.
Akses yang terbatas, meningkatnya ancaman dan kerusakan lebih lanjut pada infrastruktur negara telah menyebabkan kemampuan organisasi kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan kian menyusut.
"Saya mendesak semua pihak dalam konflik memenuhi kewajiban mereka untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur serta mengambil langkah aktif untuk menghormati hukum humaniter internasional dengan mengakhiri konflik dan membawa perdamaian yang sangat dibutuhkan di Yaman,” ujar Beasley.
Yaman sedang menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebut terdapat 22,2 juta orang di Yaman yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, air bersih, dukungan nutrisi, dan perawatan medis dasar.
Badan amal Save the Children memperingatkan lebih dari 5 juta anak-anak Yaman berisiko mengalami kelaparan. Hal itu terjadi karena serangan terhadap kota dan pelabuhan utama Hodeida masih berlanjut.
Menurut Save the Children, serangan koalisi Arab Saudi terhadap pelabuhan Hudaidah dapat mengganggu pasokan bantuan kemanusiaan. Hal itu berpotensi memicu bencana kelaparan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Bahkan gangguan kecil terhadap makanan, bahan bakar, dan pasokan bantuan melalui pelabuhan vitalnya bisa berarti kematian bagi ratusan ribu anak-anak yang kekurangan gizi, tidak dapat memperoleh makanan yang mereka butuhkan untuk tetap hidup,” kata perwakilan Save the Children Yaman Tamer Kirolos pada Rabu.
Kepala Eksekutif Save the Children International Helle Thorning-Schmidt mengungkapkan, jutaan anak di Yaman tidak tahu kapan bantunan makanan berikutnya akan datang untuk mereka. “Di satu rumah sakit yang saya kunjungi di Yaman utara, bayi-bayi itu terlalu lemah untuk menangis, tubuh mereka kelelahan karena kelaparan,” ujarnya.
“Perang ini berisiko membunuh seluruh generasi anak-anak Yaman yang menghadapi berbagai ancaman, mulai dari bom, kelaparan, hingga penyakit yang dapat dicegah seperti kolera,” kata Schmidt menambahkan.