REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un disebut ingin kembali bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mempercepat program denuklirisasi. Harapan Kim tersebut diungkap Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Selama tiga hari pertemuan di Pyongyang, Moon berdiskusi dengan Kim seputar cara memulai kembali negosiasi dengan AS. Menurut Moon, Ki bersedia menutup kompleks program nuklirnya jika AS juga memberikan timbal balik kepada Korut.
"Pemimpin telah mengutarakan keinginannya untuk melakukan denuklirisasi dan fokus ke perkembangan ekonomi. Beliau (Kim) berharap jika bisa bertemu Presiden Trump di masa yang akan datang bisa semakin mempercepat denuklirisasi tersebut," kata Moon dikutip Reuters, di Seoul sekembalinya dari Pyongyang.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bersalaman dengan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un di Pyongyang, Rabu (19/8).
Pertemuan antara Kim dan Trump bertemu di Hotel Capella, Singapura, pada 12 Juni lalu, di mana Kim sepakat untuk melangsungkan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Namun, perkembangan pasca-pertemuan tak menemui hasil positif. Justru, sejumlah laporan menyatakan Pyongyang masih meneruskan program nuklir mereka.
Moon menambahkan, Kim mempersilakan dilaksanakannya inspeksi internasional ke situs uji coba nuklir Punggye-ri. Situs yang terletak di barat laut itu telah dihancurkan Mei lalu. Namun, proses penghancuran itu tak dilihat secara mendetil sehingga muncul dugaan mereka tak melakukannya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah menuturkan bersedia bernegosiasi ulang dengan Korut, di mana surat undangan telah dikirimkan ke Menlu Korut Ri Yong Ho. Setelah pertemuan Pompeo-Ri, bakal digelar juga pertemuan antara perwakilan AS dan Korut di Wina, Austria. Dua pertemuan itu bakal menjadi langkah awal negosiasi antara AS dan Korea untuk memulai proses denuklirisasi.