Jumat 21 Sep 2018 19:42 WIB

Trump akan Menyerukan Kedaulatan AS di PBB

Trump sekarang di keliling penasihat-penasihat yang suka perang

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Presiden AS Donald Trump.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana akan menyerukan kedaulatan AS di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Rencana tersebut kabarnya dikhawatirkan sejumlah pihak. Rencana Trump dinilai dapat merusak komitmen AS dalam mendorong multilateralisme yang dibangun oleh PBB sejak berakhirnya Perang Dunia II.

"Ini tidak mengatakan multilateralisme tidak bisa berjalan, tapi mengatakan kedaulatan menjadi prioritas di atas itu semua," kata Duta Besar Amerika atas PBB Nikki Haley, Jumat (21/9) seperti ditulis Reuters.

Saat pertama kali tampil di PBB pada tahun lalu Trump pun sudah membuat keraguan komitmen AS terhadap multilateral muncul. Tahun lalu Trump menyerukan semboyan "America First" atau utamakan Amerika.

Ia juga keluar dari kesepakan nuklir Iran dan menciptakan ketegangan dengan beberapa sekutu terdekat AS. Trump juga menarik AS dari Kepakatan Iklim Paris pada tahun 2017 dan mengeluarkan Washington dari pakta imigran global bahkan sebelum pembicaraan tentang pakta tersebut dimulai.

"Semua hal itu kami rasa seperti hal wajib di Amerika, kami tidak ingin terlibat dalam hal-hal seperti itu," kata Haley.  

Pada beberapa tahun terakhir AS juga sudah meninggalkan UNESCO, memotong dana untuk PBB yang digunakan membantu pengungsi Palestina dan menciptakan perang dagang dengan Cina. Di pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bulan Juli lalu Trump juga mengancam akan keluar dari organisasi keamanan internasional tersebut bila anggota lainnya tidak menambah anggaran pertahanan mereka.

Trump sekarang di keliling penasihat-penasihat yang suka perang seperti dirinya yakni Sekretaris Negara Mike Pompeo dan Penasihat Pertahanan Nasional John Bolton. Setelah sebelumnya orang-orang yang mendukung globalisasi seperti Rex Tillerson dan HR McMaster serta mantan Penasihat Ekonomi Gary Cohn mengundurkan diri.

Beberapa pemimpin dunia dan diplomat mengkhawatirkan masa depan multilateralisme. Setelah Trump naik ke kursi presiden pada Januari akhir tahun lalu. Para pemimpin dunia kerap kali tidak menyebutkan nama Trump ketika mengungkapkan kekhawatiran mereka.

Seperti ketika Seketaris Jendral PBB Antonio Guterres, ditanya apakah ia merasa Trump menjadi ancaman terhadap multilateralisme. "Saya tidak suka mempersonalkan sesuatu," kata Guterres.

Guterres mengakui saat ini multilateralisme sedang terkikis. Ia juga mengatakan ancaman semakin rapuhnya kepercayaan suatu negara dengan dengan negara lain juga menjadi persoalan serius yang harus segera ditangani.

"Di wilayah dan alasan yang berbeda, kepercayaan orang-orang terhadap kemapanan politik, kepercayaan antara negara satu sama lain, kepercayaan banyak orang ke organisasi internasional semakin terkikis, multilateralisme telah diserang dan jadi ini masalah," kata Guterres.

Nikki Haley mengatakan Trump menurunkan syarat bantuan luar negeri AS. Haley menambahkan AS tidak akan memberikan bantuan yang kontraproduktif bagi mereka.

"Sementara AS murah hati, kami akan murah hati kepada mereka yang berbagi nilai dengan kami, murah hati kepada mereka yang ingin berkerja dengan kami dan tidak akan kepada mereka yang mencoba dan menghentikan AS atau yang mengatakan mereka benci AS," kata Haley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement