Ahad 23 Sep 2018 07:48 WIB

Khamenei Sebut Negara Teluk Menyerang Pawai Militer Iran

Serangan terhadap pawai militer Iran ini menewaskan 25 orang

Evakuasi korban penyerangan bersenjata terhadap massa sipil dan militer pada acara parade militer peringatan Perang Iran-Irak di Ahvaz, Iran, Sabtu (22/9)
Foto: EPA-EFE/BEHRAD GHASEMI
Evakuasi korban penyerangan bersenjata terhadap massa sipil dan militer pada acara parade militer peringatan Perang Iran-Irak di Ahvaz, Iran, Sabtu (22/9)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuduh negara-negara Teluk Arab yang didukung AS melakukan serangan penembakan terhadap parade militer Iran. Serangan tersebut menewaskan 25 orang, dan hampir setengah dari mereka yang tewas merupakan anggota Pengawal Revolusi elite Iran.

Khamenei memerintahkan pasukan keamanan untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas salah satu serangan terburuk yang pernah terjadi terhadap Garda Revolusi, kekuatan militer paling kuat di negara itu. Tuduhan itu kemungkinan akan meningkatkan ketegangan dengan saingan Iran, Arab Saudi, dan sekutu Teluknya, yang bersama dengan Amerika Serikat telah bekerja untuk mengisolasi Iran.

"Kejahatan ini merupakan kelanjutan dari plot negara-negara regional yang merupakan boneka Amerika Serikat, dan tujuan mereka adalah menciptakan ketidakamanan di negara kita tercinta," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situsnya, Ahad (23/9).

Dia tidak menyebutkan negara-negara regional yang dia yakini harus disalahkan. Israel juga sekutu utama AS yang menentang Teheran.

Sebuah gerakan oposisi etnis Arab Iran yang disebut Perlawanan Nasional Ahvaz, yang menginginkan sebuah negara terpisah di provinsi Khuzestan yang kaya minyak, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Militan Negara Islam juga mengaku bertanggung jawab.

Tidak ada klaim yang memberikan bukti. Sementara itu keempat penyerang tewas.

Serangan itu, yang melukai sedikitnya 70 orang, menargetkan tempat menonton di mana para pejabat Iran berkumpul di kota Ahvaz untuk menyaksikan acara tahunan menandai dimulainya perang Republik Islam 1980-1988 dengan Irak, kata televisi pemerintah. Iran telah relatif stabil dibandingkan dengan negara-negara tetangga Arab yang telah bergulat dengan pergolakan sejak pemberontakan 2011 di seluruh Timur Tengah.

Perempuan dan anak-anak tewas dalam serangan itu, lapor kantor berita IRNA. Seorang gadis empat tahun dan seorang veteran perang yang berkursi roda berada di antara yang mati.

"Para penyerang telah menyembunyikan senjata di dekat rute parade beberapa hari sebelumnya," kata Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, seorang juru bicara senior untuk pasukan bersenjata Iran.

"Keempat teroris dengan cepat dinetralisir oleh pasukan keamanan," kata Shekarchi menambahkan kepada televisi negara.

Serangan terhadap militer jarang terjadi di Iran. Iran memanggil utusan Belanda, Denmark dan Inggris pada Sabtu malam mengenai penembakan itu, menuduh mereka menyembunyikan kelompok oposisi Iran di negara mereka. Beberapa anggota gerakan separatis etnis bermarkas di negara-negara Eropa.

Juru bicara kementerian luar negeri Iran Bahram Qasemi mengatakan Iran "meminta pemerintah mereka untuk mengutuk serangan itu dan mengekstradisi orang-orang yang terkait dengannya ke Iran untuk diadili."

"Tidak dapat diterima bahwa kelompok-kelompok ini tidak terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa selama mereka tidak melakukan serangan teroris di Eropa," Qasemi seperti dikutip oleh kantor berita IRNA.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement