REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemerintah Uni Emirate Arab (UEA) membantah tudingan Iran yang menyinggung keterlibatan negara tersebut dalam serangan terhadap parade militer di kota Ahvaz. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 25 orang.
"Hasutan formal terhadap UEA dari dalam Iran sangat disayangkan dan telah meningkat setelah serangan Ahvaz," ujar Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash lewat akun Twitter pribadinya pada Sabtu (23/9).
Menurut Gargash, negaranya sudah jelas menentang terorisme. "Posisi historis UEA terhadap terorisme dan kekerasan jelas dan tudingan Teheran (soal keterlibatan UEA dalam serangan di Ahvaz) tidak berdasar," ucapnya.
Serangan terhadap parade militer Iran di Ahvaz terjadi pada Sabtu (22/9). Selain menewaskan 25 orang, serangan itu juga melukai lebih dari 70 orang lainnya. Sebanyak 12 anggota Garda Revolusi Iran dilaporkan termasuk dalam korban tewas.
Kelompok Perlawanan Nasional Ahvaz, sebuah kelompok oposisi etnis Arab mengaku bertanggung jawab atas terjadinya serangan tersebut. Kelompok Perlawanan Nasional Ahvaz diketahui menginginkan Provinsi Khuzestan yang kaya sumber daya minyak, melepaskan diri dari Iran.
Selain kelompok tersebut, milisi ISIS juga mengklaim bertanggung jawab. Kendati demikian, belum ada bukti yang mengonfirmasi siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas terjadinya serangan itu. Sebab keempat pelaku penyerangan telah tewas setelah melancarkan aksinya.
Presiden Iran Hassan Rouhani telah menuding negara-negara Teluk Arab yang didukung AS terlibat dalam insiden serangan di Ahvaz. Mereka disebut menyokong kelompok oposisi etnis Arab agar melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Iran.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan hal serupa dengan Rouhani. Ia menuding negara-negara boneka AS di kawasan Teluk berperan dalam serangan di Ahvaz. Dengan tudingan tersebut, tensi ketegangan antara Iran dan negara-negara Teluk kian meningkat. Sebab, Arab Saudi dan beberapa negara Teluk lainnya memang tengah berusaha meredam pengaruh Iran di kawasan.