REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Raja Yordania Abdullah II bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Senin (24/9). Pada kesempatan itu, Raja Abdullah mengatakan masyarakat internasional, termasuk AS, harus terus mendukung keberadaan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
“Komunitas internasional harus memikul tanggung jawabnya untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan UNRWA agar dapat terus menyediakan layanan bagi lebih dari 5 juta pengungsi Palestina di bidang pendidikan, kesehatan dan bantuan,” kata Raja Abdullah II, dikutip laman the Times of Israel.
Ia pun menyinggung tentang prospek solusi dua negara antara Palestina dan Israel. Menurut Raja Abdullah II, itu merupakan satu-satunya jalan guna menciptakan perdamaian di antara kedua negara. Terkait hal tersebut, Yordania menegaskan kembali posisi dan dukungannya terhadap permintaan Palestina yang ingin menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Selain membahas isu Palestina, Raja Abdullah dan Pompeo turut membicarakan tentang kemitraan strategis AS dengan Yordania. “Selalu menikmati pertemuan dengan Raja Abdullah II. Kami menegaskan kembali ikatan yang kuat dan kemitraan strategis antara AS dan Yordania serta berkomitmen untuk membuat kemajuan pada isu-isu regional utama,” kata Pompeo melalui akun Twitter pribadinya.
AS diketahui telah memutuskan menghentikan pendanaan terhadap UNRWA. Keputusan tersebut seketika mengancam eksistensi UNRWA. Sebab AS merupakan penyandang dana terbesar bagi lembaga tersebut, dengan rata-rata kontribusi mencapai 300 juta dolar per tahun.
Saat ini UNRWA tengah berjuang menggalang dana guna menambal kekurangan dana akibat keputusan AS . Penghimpunan dana penting dilakukan agar program dan layanan UNRWA bagi 5 juta pengungsi Palestina tetap berjalan.
Komisaris Jenderal UNRWA Pierre Krahenbuhl mengatakan saat ini UNRWA sedang mencari kemitraan baru dengan berbagai negara, organisasi, serta individu guna menutup defisit anggarannya. “Kami telah meluncurkan kampanye penggalangan dana global (bertajuk) ‘Dignity is Priceless’ karena kami berkomitmen untuk para pengungsi Palestina dan kami tidak akan menghentikan misi ini,” ujarnya dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan lembaga swadaya masyarakat di Ramallah pekan lalu.
Ia mengatakan, UNRWA telah menghubungi banyak negara guna menjamin program pendidikan bagi setengah juta pengungsi anak Palestina. “Ini adalah pencapaian besar. Kami masih membutuhkan 200 juta dolar AS untuk memastikan sekolah terus terbuka hingga akhir tahun,” katanya.
Krahenbuhl mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang masih peduli terhadap UNRWA. Adapun negara-negara itu antara lain Qatar, Arab Saudi, Kuwait, Jepang, India, Cina, Indonesia, Malaysia, Swedia, Jerman, Prancis, Swiss, Kanada, dan Inggris.