Rabu 26 Sep 2018 13:54 WIB

Menlu Cina: AS Harus Hilangkan Mentalitas Perang Dingin

Cina sangat berkeberatan dengan langkah pemerintahan Trump yang provokatif.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Bendera Cina-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi meminta Amerika agar menghilangkan mentalitas perang dingin. Apalagi saat ini hubungan perdagangan dan militer AS dengan Cina semakin memburuk.  Wang mengungkapkan hal tersebut saat bertemu dengan mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger di New York.

Dalam pertemuan tersebut Wang mengatakan, kedua negara memang harus berkompetisi tapi tidak perlu menggunakan mentalitas perang dingin dan terjebak dalam permainan yang tidak ada pemenangnya.

"Akhir-akhir ini, pihak-pihak tertentu di AS terus menerus merusak nama Cina, menciptakan perasaan antagonis yang sangat melukai atmosfir hubungan Cina-Amerika," kata Wang, seperti dilansir dari Press TV, Rabu (26/9).

Wang memperingatkan jika perilaku tersebut terus berlanjut maka akan melukai kepentingan Cina dan Amerika sendiri. Begitu juga kepentingan masyarakat internasional secara keseluruhan.

Kissenger yang juga mantan Penasihat Keamanan Nasional AS di masa lalu dikenal dengan manuver diplomatiknya selama perang dingin. Ia terkenal berhasil mengendurkan ketegangan dengan Cina. Kini laki-laki berusia 95 tahun tersebut dikabarkan beberapa kali memberi nasihat kepada Donald Trump dalam kesempatan terbatas.

Wang juga menyatakan Cina sangat keberatan dengan langkah pemerintahan Trump yang provokatif dengan memberikan Taiwan persenjataan sendiri. Menurut Cina senjata tersebut akan digunakan Taiwan untuk melepaskan diri dari Cina.

AS menyetujui penawaran yang diajukan oleh Taiwan. Mereka membeli peralatan militer senilai 330 juta dolar AS. Cina juga masih berang dengan tarif impor baru yang diberlakukan oleh AS. Hasilnya Cina menolak untuk melakukan negosiasi untuk menghentikan perang dagang. AS juga memberi sanksi kepada Cina karena memberi pesawat tempur dan senjata militer dari Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement