Jumat 28 Sep 2018 04:11 WIB

Trump Kini Santai Tanggapi Denuklirisasi Korea Utara

Sikap Trump kontras dengan klaim sepekan lalu oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.

Rep: umar mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump kini bersikap santai soal denuklirisasi Korea Utara (Korut). Dia mengatakan tidak perlu terburu-buru untuk membuat Korut melakukan denuklirisasi. "Saya punya banyak waktu di dunia," kata Trump, dilansir di The Guardian, Jumat (28/9).

Nada santai Trump ini menandakan adanya perubahan mencolok sejak ia melakukan pertemuan puncaknya dengan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura pada Juni lalu. Saat itu, Trump mengatakan situasi akan mengarah pada perlucutan senjata dengan cepat.

Sikap santai Trump ini juga menggambarkan keadaan yang kontras dengan klaim sepekan lalu oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang mengatakan negosiasi akan mengarah pada denuklirisasi cepat Korut, yang akan selesai pada Januari 2021.

"Kami benar-benar akan melakukan sesuatu yang sangat penting, tapi kami tidak memainkan permainan waktu. Jika membutuhkan waktu dua tahun tiga tahun, atau lima bulan. Itu tidak masalah. Tidak ada uji coba nuklir dan tidak ada pengujian roket," kata dia.

Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pada Rabu (26/9), Pompeo akan melakukan perjalanan ke Pyongyang atas undangan Kim bulan depan, untuk melanjutkan negosiasi tentang denuklirisasi akhir yang sepenuhnya diverifikasi Korut.

Trump menunjuk pembekuan saat ini dalam pengujian Korut sebagai pencapaian signifikan yang tidak merugikan AS karena sanksi internasional belum dicabut. Dia juga menggarisbawahi hubungan baiknya dengan Kim. "Dia ingin membuat kesepakatan. Saya juga. Dia menyukai saya. Aku suka dia. Dia menulis saya dua huruf yang paling indah. Ini sejarah. Ini adalah karya seni yang indah," ujar dia.

Trump juga mengklaim tanpa bukti mantan presiden AS Barack Obama hendak berperang dengan Korut dalam beberapa pekan terakhir kepresidenannya. Trump juga sesumbar bahwa terpilihnya dirinya sebagai Presiden AS telah menyelamatkan dunia dari bencana.

"Jika saya tidak terpilih, Anda akan berperang. Dia siap berperang. Anda akan memiliki perang dan Anda akan kehilangan jutaan, bukan ribuan. Kamu tahu seberapa dekat dia menekan pemicu perang?" ujar dia.

Obama dilaporkan memperingatkan Trump selama masa transisi presiden bahwa Korut merupakan ancaman serius, tapi krisis semakin memburuk pada tahun pertama pemerintahan Trump, ketika Pyongyang melakukan tes terhadap bom termonuklir dan rudal balistik antarbenua.

Pada sidang umum PBB tahun lalu, Trump mengancam akan menghancurkan sepenuhnya Korut. Mintaro Oba, mantan pejabat departemen luar negeri mengatakan sikap santai Trump lebih baik daripada deadline buatan.

"Semalam konferensi pers ini, saya lebih suka bahwa kami tidak menyatakan batas waktu untuk denuklirisasi Korea Utara. Mengatakan bahwa kami akan menyelesaikannya pada 2021 bukanlah hal yang realistis atau membantu untuk dikatakan," kata Mintaro dalam cicitannya di akun Twitter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement