REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Garda Revolusi Iran meminta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menghormati "garis merah" Teheran atau menghadapi pembalasan, Jumat (28/9). Amerika Serikat dan sekutunya di Teluk meningkatkan tekanan terhadap Iran untuk mengekang pengaruh kawasannya.
Iran menuduh Arab Saudi dan UEA mendanai lima pria bersenjata penyerang parade militer di Iran pada 22 September dan membunuh 25 orang. Sebanyak 12 di antaranya anggota pasukan elite tersebut. Arab Saudi dan UEA membantah terlibat dalam kejadian itu.
Garda Revolusi berjanji melancarkan pembalasan mematikan dan tidak terlupakan. "Jika Anda melintasi 'garis merah' kami, kami akan tentunya melintasi 'garis merah' Anda. Anda tahu badai yang bangsa Iran bisa ciptakan," kata Deputi Kepala Garda Revolusi Iran Brigadir Jenderal Hossein Salami yang dikutip kantor berita Fars.
"Hentikan buat persekongkolan dan ketegangan. Anda tidak terlalu kuat untuk dikalahkan. Anda duduk di rumah kaca dan tidak dapat menenggang balasan bangsa Iran. Kami telah menunjukkan sikap menahan diri," kata Salami, dalam pidato di hadapan jamaah shalat Jumat di Teheran.
Salami juga mengatakan kepada Amerika Serikat, yang dituduh Iran mendukung para penyerang dalam serangan 22 September di Ahvaz, menghentikan dukungan bagi teroris atau mereka akan menerima balasan. Washington telah membantah memiliki pengetahuan sebelumnya tentang kejadian tersebut.
Salami mengatakan Amerika Serikat, Israel, Arab Saudi dan UEA membentuk persekutuan untuk menekan Iran. Iran, yang mayoritas penduduknya menganut Syiah, dan Arab Saudi yang sebagian besar penduduknya menganut Sunni merupakan musuh bebuyutan di Timur Tengah dan mendukung pihak berlawanan dalam perang di Suriah dan Yaman.
Baca juga: Iran dalam Tekanan