Sabtu 29 Sep 2018 13:52 WIB

Imigran dari Afganistan Terpaksa Tinggal di Pinggir Selokan

Konflik Afganistan-Pakistan memaksa imigran untuk mencari suaka.

Ilustrasi imigran
Foto: www.france24.com
Ilustrasi imigran

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sejumlah imigran dari Afghanistan mengeluhkan kondisi mereka yang terpaksa tinggal di pinggiran atau di bahu selokan di depan Rumah Detensi Imigrasi (rudenim), di Jalan Jendral Sudirman No 233, Pekanbaru, Riau. Ali (25 tahun), salah satu imigran Afganistan mengatakan konflik Afghanistan-Pakistan menyebabkan mereka harus menyelamatkan diri dengan pindah ke Indonesia.

"Kami tinggal di sini sudah enam bulan karena rudenim tidak memperbolehkan kami tinggal di dalam kompleks rudenim," kata Ali.

Dirinya serta ibunya Fatimah (50), Fahiya (17) dan Zahra (6) adik perempuan Ali, serta kakak beradik Yasin (21) dan Syukria (17), sudah 2,5 tahun berada di Indonesia. Sebelum ke Pekanbaru, mereka sempat berada di Jakarta selama dua tahun.

"Selama berada di Jakarta kondisi kami juga terlantar seperti sekarang dan terpaksa pindah ke Pekanbaru untuk mencari suaka, namun masih tetap terlantar," katanya.

Selain Ali, diakui Yasin (20) bahwa rudenim tidak memberitahu mereka apa persyaratan yang kurang sehingga pengungsi boleh tinggal di Rudenim. Padahal imigran lain ketika baru sampai memiliki kondisi yang sama seperti mereka.

Para imigran seperti Yasin dan Ali, mengakui juga sudah beberapa kali menghubungi International Organization of Migration (IOM), namun tidak mendapat respon dan tetap dibiarkan terlantar. "Mendapat respon yang tidak memuaskan dari IOM tersebut kami putus asa dan merasa tak ada yang dapat membantu kami untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di negara pengungsian," katanya.

Kondisi kehidupan yang tidak layak ini pernah mendorong mereka ingin pindah ke tempat lain. Namun karena tidak memiliki uang, identitas serta berkas-berkas resmi lain maka tekad tersebut tidak bisa tercapai. Kendati demikian para pencari suaka ini juga tak ingin dipulangkan ke negara asalnya.

Dalam kondisi demikian, Ali dan keluarganya serta teman-temannya mendapatkan bantuan makanan dan pakaian dari warga sekitar atau warga yang sedang melintasi jalan di depan rudenim itu. "Di sini tetap jauh lebih baik daripada negara kami. Namun kami hanya ingin tempat tinggal karena di sini kehidupan kami sangat tidak layak, untuk makan dan mandi saja susah," kata Yasin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement