Senin 01 Oct 2018 16:38 WIB

Vladimir Putin Undang Donald Trump ke Moskow

Putin dan Trump saling kirim undangan kunjungan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di KTT APEC di Hanoi, Vietnam, (11/11).
Foto: EPA
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di KTT APEC di Hanoi, Vietnam, (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengundang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Moskow. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam debat tingkat tinggi di Majelis Umum PBB akhir pekan lalu.

“Presiden Putin telah menerima undangan dari Presiden Trump (untuk mengunjungi AS). Presiden Trump telah menerima undangan untuk mengunjungi Rusia juga,” kata Lavrov, dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Kendati demikian, Lavrov belum dapat memastikan kapan Trump dan Putin dapat bertemu kembali. “Ketika semua orang siap dan kapan waktu (pertemuan) yang mungkin disarankan, kami akan dapat memutuskan,” ujarnya.

Trump dan Putin telah bertemu di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli. Itu merupakan pertemuan bilateral perdana keduanya.

Putin menilai pertemuan pertamanya dengan Trump berjalan sukses. Walaupun dalam beberapa aspek hubungan Rusia dan AS lebih buruk daripada saat Perang Dingin, tapi Putin berpendapat pertemuannya dengan Trump memungkinkan kedua negara memulai jalur menuju perubahan positif. "Kita akan melihat bagaimana hal-hal berkembang lebih jauh," kata Putin.

Kendati demikian, Putin mengkhawatirkan lawan-lawan politik Trump di AS. Menurutnya, terdapat kalangan yang hendak mencegah perbaikan hubungan AS dengan Rusia, khususnya terkait kerja sama dalam isu Suriah dan pengawasan senjata.

Berbeda dengan Putin, seusai pertemuan di Helsinki, Trump justru dihujani kritik oleh sejumlah politisi AS. Hal itu karena Trump tak membahas isu penting yang perlu mendapat klarifikasi dari Putin, seperti dugaan intervensi Rusia dalam pilpres AS tahun 2016.

Trump justru mengatakan tidak alasan bagi Rusia untuk mencampuri pilpres AS. Pernyataannya itu dinilai tidak mendukung hasil penilaian intelijen AS. Ia pun segera meralat pernyataannya. Ia mengklaim, ketika bertemu Putin, ia sebenarnya bermaksud mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi Rusia untuk tidak mengintervensi pilpres AS.

Baca: Suriah Tuding Pasukan Sekutu AS Dukung Teroris

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement