Selasa 02 Oct 2018 04:00 WIB

Penguburan Massal Korban Meninggal Gempa Palu Dimulai

Jumlah korban meninggal diperkirakan meningkat seiring jalannya evakuasi.

Red: Nur Aini
Foto udara rumah-rumah warga yang hancur akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR) di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).
Foto: Hafidz Mubarak/Antara
Foto udara rumah-rumah warga yang hancur akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR) di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Penguburan massal untuk ratusan korban gempa dan tsunami yang melanda kota Palu, Sulawesi Tengah, dimula. Jumlah korban meninggal dunia saat ini sebesar 844 orang.

Sebagian besar korban meninggal berasal dari kota Palu, dan diperkirakan akan meningkat menjadi ribuan ketika wilayah yang terputus oleh kerusakan jalan bisa diakses.

Dalam upaya untuk mencegah penyebaran penyakit di wilayah yang terdampak tsunami, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia mengesahkan pemakaman massal untuk segera diproses. Semua korban, yang berasal dari rumah sakit setempat, telah difoto untuk membantu keluarga menemukan tempat keluarga mereka dikuburkan.

Komandan Angkatan Darat setempat, Tiopan Aritonang, mengatakan 545 mayat akan dibawa dari satu rumah sakit saja, tetapi hanya beberapa yang akan dimakamkan pada Senin. Kuburan yang digali di Palu akan berukuran 10x100 meter dan bisa diperbesar jika diperlukan, kata Willem Rampangilei, kepala BNPB.

"Ini harus dilakukan sesegera mungkin untuk alasan kesehatan dan agama," katanya.

Kepala Penerangan Kodam XIII/Merdeka Kolonel Inf Muhammad Thohir mengatakan, daerah yang berdekatan dengan pemakaman umum di sebuah bukit bisa menampung sebanyak 1.000 mayat. Indonesia adalah negara mayoritas Muslim, dan menurut ajaran Islam, jenazah harus dikuburkan segera setelah meninggal, biasanya dalam satu hari.

Sementara itu, hampir 50 ribu orang tetap terlantar dan berbagai pihak mengalami kesulitan di tengah upaya pemulihan. BNBP mengatakan, pihaknya memiliki "data, informasi dan akses terbatas" ke daerah-daerah yang terkena bencana.

"Kondisi listrik dan komunikasi untuk Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong juga lumpuh," kata juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Ia menambahkan, 144 warga asing berada di Palu dan Donggala selama gempa bumi dan tsunami berlangsung. Bandara Palu akan segera dibuka untuk penerbangan terbatas untuk membantu upaya pemulihan.

Terjebak di reruntuhan

Ada juga kebutuhan yang mendesak untuk alat-alat berat untuk menjangkau orang-orang yang selamat yang mungkin terkubur di dalam bangunan yang runtuh. Bangunan termasuk sebuah hotel berlantai delapan di Palu di mana suara-suara terdengar di reruntuhan.

Seorang perempuan berusia 25 tahun ditemukan hidup pada Ahad (30/9) malam di reruntuhan Hotel Roa-Roa, menurut Badan SAR Nasional (BASARNAS), yang merilis foto-foto dirinya yang terbaring di atas tandu yang ditutupi selimut.

Namun tangisan dari bagian bawah Hotel Roa-Roa, yang tampaknya telah terguling dengan dinding pecah, terdiam pada Ahad (30/9) sore. Para pejabat memperkirakan sekitar 50 orang bisa berada di dalam reruntuhan.

"Kami mencoba yang terbaik. Waktu sangat penting di sini untuk menyelamatkan orang-orang," kata Kepala BASARNAS, Marsekal Madya Muhammad Syaugi.

"Alat berat sedang dalam perjalanan."

Sejumlah korban lainnya masih dalam pencarian dan beberapa sedang dievakuasi dari bangunan di lokasi yang berbeda. Salah satu TV nasional menunjukkan sekitar selusin penyelamat dalam baju terusan oranye memanjat puing-puing dengan tandu, membawa tubuh korban dari hotel bisnis sederhana.

Penyelamat lain bekerja untuk mencoba membebaskan seorang gadis berusia 15 tahun yang terperangkap di bawah beton di rumahnya di Palu setelah ambruk menimpa keluarganya selama gempa. Tak dapat memindahkan kakinya di bawah reruntuhan, Nurul Istikharah terjebak di samping ibu dan keponakannya yang sudah meninggal.

Tim penyelamat juga mencoba mengendalikan air dari pipa yang bocor, takut ia akan tenggelam. Nurul sempat tak sadarkan diri selama upaya penyelamatan, tetapi para penyelamat terus berbicara dengannya untuk mencoba membuatnya tetap terjaga. Sementara, yang lain menawarkan makanan dan air.

Sementara itu di Donggala, sekitar 70 kilometer sebelah utara Palu, Andi dan Flarahaine Rainaldi berhasil menemukan mayat putra tunggal mereka, Rafi.

Ia bermain dengan dua keponakan pasangan itu di rumah mereka dekat episentrum gempa, ketika tanah mulai bergetar.

"Saya sangat hancur. Dia anak saya satu-satunya, anak saya satu-satunya. Dan dia hanya bocah cilik. Saya sangat merindukannya. Sangat sulit kehilangannya," kata Andi.

"Kami akan segera mengubur mereka semua."

 

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-10-02/penguburan-massal-korban-gempatsunami-palu-dimulai/10326596
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement