Selasa 02 Oct 2018 11:19 WIB

Warga Sipil Jadi Korban, Saudi Akui Kesalahan di Yaman

Panel PBB mempertanyakan sikap Saudi yang sering menargetkan sekolah dan RS.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Tank militer Arab Saudi berjaga di wilayah pegunungan Baihan, Yaman, pada 25 Februari 2016.
Foto: EPA/STR
Tank militer Arab Saudi berjaga di wilayah pegunungan Baihan, Yaman, pada 25 Februari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Arab Saudi pada Senin (1/10), mengaku akan berupaya  memperbaiki kesalahan koalisi militer di Yaman yang telah membunuh warga sipil termasuk anak-anak. Namun para penyelidik HAM PBB menyatakan keraguannya akan niat koalisi tersebut.

Tekanan internasional meningkat pada kerajaan Saudi, termasuk dari sekutu. Mereka meminta Arab Saudi untuk berbuat lebih banyak dalam membatasi korban sipil pada perang yang telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang itu. Perang juga telah membuat warga Yaman berada dalam kondisi kelaparan.

Komite Hak Asasi Anak PBB pada  Senin memeriksa dokumen Saudi soal kepatuhan terhadap protokol perjanjian pada anak-anak dalam konflik bersenjata. PBB juga berulang kali mengangkat masalah anak-anak yang dibunuh oleh serangan koalisi di Yaman.

"Ini telah berlangsung selama beberapa tahun. Namun masih tidak ada informasi bahwa pelaku atau orang yang bertanggung jawab atas tindakan semacam ini telah dituntut atau dijatuhi sanksi atau ditangani dengan cara apa pun," kata wakil ketua panel, Clarence Nelson.

Baca juga, Yaman Terancam Kelaparan.

Osaiker Alotaibi dari Kementerian Pertahanan Saudi mengatakan, kepada panel 18 ahli independen bahwa aliansi yang dipimpin Saudi berkomitmen untuk menegakkan hukum humaniter internasional. Koalisi itu memiliki daftar 64 ribu target potensial di Yaman yang terlarang untuk diserang, termasuk sekolah dan rumah sakit.

Ia mengatakan investigasi koalisi telah mengungkap adanya kesalahan yang tidak disengaja dalam sejumlah operasi. "Satuan tugas merekomendasikan bahwa pelaku harus dimintai pertanggungjawaban dan korban harus memperoleh ganti rugi," kata Alotaibi.

Ketua panel, Renate Winter mempertanyakan sikap koalisi yang sering menyerang sekolah dan rumah sakit berulang kali. "Anda mengatakan itu kecelakaan. Berapa banyak kecelakaan seperti itu yang dapat Anda tanggung dan berapa banyak kecelakaan seperti itu yang bisa ditanggung orang di Yaman," katanya.

Winter kemudian menyinggung serangan udara di sebuah bus sekolah pada  Agustus di provinsi Saada, Yaman utara yang menewaskan puluhan anak.

Koalisi yang dipimpin Saudi  pada 1 September  mengakui bahwa serangan terhadap bus sekolah itu tidak dapat dibenarkan. Koalisi berjanji untuk meminta pertanggungjawaban siapa pun yang berkontribusi terhadap kesalahan tersebut.

"Konvoi di Saada telah membawa beberapa staf militer Houthi. Namun serangan udara tidak dilakukan sesuai dengan aturan keterlibatan karena konvoi itu tidak menimbulkan risiko bagi koalisi," kata Bandar Alaiban, ketua Komisi Hak Asasi Manusia Saudi yang memimpin delegasi pemerintah.

Dia menyalahkan Houthi karena menempatkan warga sipil termasuk anak-anak dalam bahaya. Houthi disebut menggunakan sekolah dan rumah sakit sebagai tempat "perlindungan".

Arab Saudi memimpin koalisi negara-negara Arab yang berperang melawan gerakan Houthi yang mengontrol ibukota Yaman. Saudi ingin memulihkan kekuasan Presiden Abd Rabou Mansour Hadi yang digulingkan Houthi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement