Selasa 02 Oct 2018 14:00 WIB

Kota Ini Paling tidak Aman Bagi Perempuan

Ibu Kota Kolombia memiliki kasus pelecehan seksual terhadap perempuan tinggi.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Bendera Kolombia
Bendera Kolombia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah survei oleh kelompok kemanusiaan menyebut Bogota, ibu kota Kolombia merupakan kota paling tidak aman untuk ditinggali perempuan muda karena tingginya kasus pelecehan seksual.

Dilansir Aljazirah, Selasa (2/10), laporan oleh Plan International, yang berjudul "Girls' Safety in Cities across the World" menyurvei hampir 400 ahli di 22 kota yang berada di enam benua. Survei dilakukan untuk memeriksa risiko keamanan yang dihadapi para anak perempuan dan perempuan muda dalam skala besar.

Dari survei itu ditemukan bahwa Lima, ibu kota Peru adalah kota paling berbahaya di dunia bagi para perempuan untuk pergi sendirian, baik siang maupun malam. Sementara Johannesburg, Afrika Selatan merupakan kota paling berbahaya untuk pencurian, perampokan, dan penyerangan seksual atau pemerkosaan.

Stockholm, ibu kota Swedia menjadi kota paling aman untuk perempuan dari pelecehan seksual. Perempuan juga dapat meninggalkan rumah sendirian atau menggunakan transportasi umum.

Jajak pendapat itu adalah yang pertama dari jenisnya untuk menyoroti bahaya secara keseluruhan yang dihadapi para gadis dan wanita muda di kota-kota dan ruang publik di berbagai masyarakat dan budaya yang berbeda. Kondisi itu disebut mempengaruhi kehidupan jutaan orang namun tetap diabaikan.

Menurut laporan itu, pelecehan seksual, digambarkan sebagai menggoda, menguntit, menyentuh, berkedip, dan menatap. Hal tersebut menjadi risiko keselamatan nomor satu yang dihadapi anak perempuan dan perempuan muda.

Setidaknya 78 persen dari para ahli menggambarkan pelecehan seksual merupakan risiko tinggi untuk anak perempuan. Sebanyak 77 persen pelecehan seksual sering terjadi di  ruang publik.

Lebih jauh, 60 persen ahli mengatakan pelecehan seksual di kota mereka hampir tidak pernah dilaporkan kepada pihak berwenang. Di Johannesburg dan Bogota, semua ahli yang ambil bagian dalam survei setuju bahwa risiko pelecehan seksual sangat tinggi.

Para responden diminta untuk memberikan saran agar dapat mengubah kota menjadi lebih aman bagi perempuan. "Sangat penting untuk mengubah norma-norma gender, terutama yang membuat pria percaya bahwa mereka memiliki ruang publik. Ini akan membantu wanita merasa  lebih aman," kata responden.

Responden lain mengungkapkan sejumlah solusi lain, seperti menanggulangi norma-norma gender yang berbahaya dengan memberikan pelatihan gender dan peningkatan kesadaran di antara anak laki-laki dan pria dewasa. Beberapa menunjukkan perlunya meningkatkan infrastruktur kota. Hal itu seperti pencahayaan yang tepat di malam hari dan larangan minum di depan umum. Sementara yang lain menyebut perlunya  kemauan politik untuk mengubah status quo dan  meningkatkan penegakan hukum.

Menurut seorang ahli di Toronto, lebih banyak anak perempun dan perempuan muda dibutuhkan di komite pemerintah untuk membahas perencanaan keselamatan bagi perempuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement