Rabu 03 Oct 2018 01:18 WIB

Listrik Padam Tambah Penderitaan Warga Yaman

Pemadaman listrik di Yaman semakin lama saat warga menghadapi musim panas.

Red: Nur Aini
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Foto: Reuters
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Listrik yang berulangkali padam terus melanda Kota Pelabuhan Aden di Yaman Selatan selama enam hari berturut-turut. Hal itu menambah parah penderitaan warga.

Masa pemadaman listrik lebih dari 18 jam per hari, sehingga semua permukiman warga Aden gelap total. Banyak warga di Aden dipaksa mencari penyelesaian lain untuk menghadapi panas yang menyengat.

Majed Talib, seorang mahasiswa di Universitas Aden, mengatakan, "Dalam beberapa hari belakangan, masa pemadaman listrik naik ke tingkat yang tak pernah terjadi sebelumnya, sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari kami."

Seorang pejabat perusahaan listrik milik negara di Yaman mengatakan kepada Xinhua, sebagian unit pembangkit listrik di Aden tak lagi beroperasi, sehingga terjadi pemadaman listrik secara luas di kota tersebut.

Ia juga menjelaskan alasan bahwa jaringan listrik nasional menghadapi kekurangan parah pasokan bahan bakar. "Kami kehilangan lebih dari 130 megawatts dari seluruh kapasitas tenaga listrik, yang berjumlah 300 megawatt."

"Tuntutan baru-baru ini akan listrik di Aden mencapai 450 megawatts dan melampaui kapasitas tenaga listrik kami saat ini (300 megawatts). Penurunan itu terjadi akibat kurangnya bahan bakar dan kegagalan lain akibat kurangnya perawatan," tambah sumber tersebut.

Sementara itu, pekerja sebagian stasiun pembangkit listrik memulai pemogokan umum dalam protes terhadap ambruknya mata urang rial Yaman dan meroketnya harga kebutuhan dasar. Para teknisi dan pekerja lain tenaga listrik di Aden menolak untuk melanjutkan pekerjaan mereka dan menuntut pemerintah menaikkan gaji bulanan mereka.

Warga mengatakan tak-adanya pekerja dan teknisi akibat pemogokan umum akan meningkatkan pemdaman listrik di Aden dan menambah rumit masalah. "Semua pegawai Yaman memerlukan kenaikan gaji sebab kami terpengaruh oleh devaluasi mata uang tapi melakukan pemogokan dan menolak untuk melakukan pekerjaan kami bukan penyelesaian," kata Mahmoud Ali, seorang guru sekolah dasar yang berpusat di Aden.

Aktivis lokal mengatakan demonstrasi itu akan dilakukan di Aden untuk memprotes memburuknya layanan termasuk pasokan air dan listrik. "Sebagian anasir sabotase berusaha memanfaatkan pemadaman listrik sebagai dalih untuk melakukan demonstrasi dan merusak kestabilan di kota tersebut tapi itu takkan terjadi," kata sumber tersebut.

Pejabat pemerintah itu kembali meyakinkan warga di Aden bahwa operasi sedang dilakukan untuk memulihkan jaringan dan menghubungkan stasiun pembangkit listrik. Kota Pelabuhan Aden di Yaman Selatan, tempat pemerintah Yaman untuk sementara berpusat, telah menderita akibat seringnya pemadaman listrik dalam beberapa tahun belakangan. Hal itu terutama selama udara musim panas, yang menyengat.

Kurangnya bahan bakar dan pemeliharaan yang memadai bagi stasiun pembangkit listrik milik negara adalah alasan utama yang menyebabkan pemadaman listrik di Aden. Negara Arab tersebut telah terjerumus ke dalam perang saudara sejak gerilyawan Syiah dukungan Iran, Al-Houthi, menguasai sebagian besar wilayah negeri itu secara militer dan merebut semua provinsi Yaman Utara, termasuk Ibu Kotanya, Sana'a, pada 2014.

Arab Saudi bersama negara lain Arab secara militer ikut-campur dan mulai menggempur Sana'a pada Maret 2015. Hal itu sebagai reaksi atas permintaan pemerintah yang diakui secara internasional dan dipimpin oleh Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi untuk melindungi Yaman dan mematahkan pengaruh Iran.

Konflik militer dalam negeri Yaman antara gerilyawan Al-Houthi dan Pemerintah Yaman, dukungan Arab Saudi, baru-baru ini memasuki tahun keempatnya, sehingga menambah parah penderitaan rakyat Yaman. Hal itu juga menambah dalam krisis kemanusiaan terburuk di negeri itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement