Rabu 03 Oct 2018 13:28 WIB

Menteri Dalam Negeri Prancis Mengundurkan Diri

Presiden Emmanuel Macron sempat menolak pengunduran diri Gerard Collomb.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden  Prancis Emmanuel Macron terpaksa menerima surat pengunduran diri menteri dalam negeri pada Selasa (2/10). Gerard Collomb bersikeras ingin mundur meski Macron menolak surat pengunduran dirinya sehari sebelumnya.

Collomb (71 tahun) mantan pendukung partai sosialis yang menjadi salah satu pendukung utama Macron mengatakan kepada koran konservatif Le Figaro bahwa ia ingin mengundurkan diri agar dapat mencalonkan diri sebagai wali kota Lyon.

"Orang-orang Prancis dan rakyat Lyon perlu kejelasan, jadi saya mempertahankan tawaran saya untuk mengundurkan diri," ujar Collomb saat menanggapi sikap Macron yang sempat menolak pengunduran dirinya pada Senin.

"Mengingat desas-desus dan tekanan, saya tidak ingin fakta saya akan menjadi calon di suatu tempat akan mempengaruhi kinerja kementerian dalam negeri," katanya.

Pada Selasa malam, kantor kepresidenan mengaku telah menerima surat pengunduran diri Collomb. Perdana Menteri Edouard Philippe, yang dilaporkan membatalkan kunjungannya ke Afrika Selatan, akan menggantikan peran Collomb untuk sementara waktu sampai penggantinya ditemukan.

Komentar Collomb dilihat oleh para kritikus sebagai tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap otoritas Macron. Pengunduran diri Collomb terjadi hanya beberapa pekan setelah Macron kehilangan menteri lingkungan dan menteri olahraga.

Dua pekan lalu, Collomb mengumumkan rencananya melalui wawancara dengan surat kabar. Ia mengatakan akan mengundurkan diri dan mencalonkan diri sebagai wali kota Lyon pada 2020, jabatan yang pernah ia emban sebelumnya.

Collomb awalnya berniat mengundurkan diri setelah pemilihan Eropa pada Mei 2019. Namun para oposisi mengatakan hal itu dapat merusak legitimasinya sebagai Mendagri.

Collomb dalam beberapa pekan terakhir bersikap kritis terhadap Macron. Ia berbicara tentang "kurangnya kerendahan hati" dalam pemerintahan Macron dan mengesampingkan ungkapan yang sering digunakan oleh Macron, seperti "start-up nation", karena tidak berhubungan dengan rakyat biasa.

"Sangat sedikit dari kita yang masih bisa berbicara dengan (Macron). Segera dia tidak akan tahan lagi denganku. Tapi jika kita semua mematuhinya, dia akan berakhir di pengasingan," ujar Collomb dikutip oleh media Prancis.

Hanya sepekan yang lalu, para penasihat presiden mengatakan Macron telah menjelaskan kepada Collomb bahwa pengunduran dirinya akan diputuskan oleh presiden sendiri.

Popularitas Macron jatuh ke sekitar 30 persen, dari 60 persen tidak lama setelah  terpilih pada Mei 2017. Kritikus mengatakan kebijakan Macron menguntungkan orang kaya dan cara kepemimpinannya digambarkan sebagai otoriter dan arogan.

Macron mengatakan bahwa ia bertekad untuk melakukan apa pun untuk merombak ekonomi Prancis dan memperkenalkan reformasi sosial lainnya untuk memperkuat negara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement