Kamis 04 Oct 2018 16:07 WIB

Khamenei: Rakyat Iran Sedang Menghadapi Masa Sensitif

Iran dinilai harus bisa mengalahkan sanksi AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Foto: AP
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, saat ini rakyat Iran sedang menghadapi masa cukup sensitif karena tekanan Amerika Serikat (AS) dan persoalan ekonomi. Hal  dikatakan Khamene dalam siaran langsung dalam stasiun televisi milik pemerintah Iran.

"Situasi negara, regional dan dunia sedang sensitif, terutama bagi rakyat Iran," kata Khamenei, Kamis (4/10).

Khamenei berbicara di depan puluhan ribu anggota milisi Basij dan petinggi-petinggi Garda Revolusi Iran di sebuah stadion di Teheran, ibu kota Iran. Perselisihan antara Iran dan Amerika Serikat telah memburuk sejak Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi kepada Iran setelah keluar dari kesepakatan nuklir Iran 2015 pada bulan Mei lalu.

Baca juga, Sanksi Ekonomi Dinilai Efektif Tekan Iran.

"Sensitif dalam hal ini di satu sisi kami meneriakan kekuatan arogan dan politisi imprealis Amerika, di sisi lain masalah ekonomi negara dan semakin ketatnya penghidupan sebagai besar lapisan lemah (Kelas menengah bawah) di negara ini," kata Khamenei. 

Mata uang Iran diperkirakan kehilangan 75 persen nilainya sejak awal tahun 2018. AS menerapkan tekanan maksimum di semua sektor pada 6 Agustus lalu. Rencananya pada 4 November AS akan menghentikan impor minyak Iran.

Khamenei mengatakan Iran harus memberikan perlawanan dan mengalahkan sanksi AS tersebut. Dengan mengalahkan sanksi tersebut, kata Khamenei, berarti Iran mengalahkan AS.  "Dan Amerika harus menerima pukulan lain dari rakyat Iran dengan mengalahkan sanksi itu," kata Khamenie. 

Pengadilan Dunia, badan kehakiman tertinggi PBB sudah meminta sanksi AS kepada Iran agar tidak mempengaruhi bantuan kemanusiaan atau keamanan sipil. Pada Rabu (3/10) Hakim Mahkamah Internasional memenangkan Iran yang menggugat AS ke pengadilan tertinggi di dunia tersebut karena telah melanggar Treaty of Amity 1955.

Sanksi AS kepada Iran ini ditentang oleh banyak pihak tidak hanya Cina dan Rusia tapi juga Uni Eropa. Pada 27 September lalu Kepala Bagian Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan akan membentuk Special Purpose Vihicle atau Kendaraan Bertujuan Khusus (SPV) untuk memfasilitasi perdagangan antara anggota Uni Eropa dengan Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement