Kamis 04 Oct 2018 17:03 WIB

Pakar Australia: Tsunami Palu Disebabkan Longsor Bawah Laut

Gempa bumi hebat juga mencairkan tanah gembur

Pria berjalan di puing-puing mobil yang rusak akibat gempa dan tsunami di Kota Palu, Sulteng, Kamis (4/10).
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Pria berjalan di puing-puing mobil yang rusak akibat gempa dan tsunami di Kota Palu, Sulteng, Kamis (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Secara geografis, Kota Palu membentang di dataran yang subur akibat endapan sungai. Letaknya persis di lekukan teluk dikelilingi pegunungan tinggi yang kaki-kakinya memiliki kemiringan tajam ke bawah laut.

Letak geografis yang menjadikan Palu sebagai daerah permukiman ideal ini pula, menurut pakar geologi, yang justru menjadikannya rentan jika terjadi bencana. Di saat upaya penanganan gempa dan tsunami masih terus berlangsung sejak bencana menerjang Jumat (28/9) lalu, pakar geologi Australia coba menjelaskan secara ilmiah bagaimana proses terjadinya bencana.

Dijelaskan terjadinya peristiwa geologis berantai. Yaitu gempa bumi skala besar yang mencairkan tanah gembur dan kemungkinan menyebabkan tanah longsor di bawah laut. Kemudian, tanah longsor itu memicu gelombang tsunami yang intensivitasnya tinggi karena terjadi di perairan berbentuk teluk.

Data gempa bermagnitudo 7,5 masih terus dikumpulkan, begitu juga data sebelum dan sesudahnya. Namun para pakar sependapat bahwa gempa tersebut kemungkinan disebabkan pergerakan patahan bumi yang dikenal sebagai Patahan Palu-Koro.

Patahan ini membentang utara-selatan dan membelah Pulau Sulawesi pada garis yang melewati Teluk Palu. "Ini salah satu patahan bumi paling aktif di dunia," ujar Dr Jane Cunneen dari School of Earth and Planetary Sciences pada Curtain University.

Palu-Koro merupakan patahan di mana keduanya bergesekan satu sama lain secara horizontal. Ini berbeda dengan patahan dorong yang bergerak mendorong patahan lainnya.

Patahan Palu-Koro biasanya bergeser 30 hingga 40 milimeter per tahun. Sisi baratnya bergerak ke selatan sementara sisi timur bergerak ke utara.

Prof Adam Switzer dari Asian School of the Environment menjelaskan gempa pada jenis patahan ini menimbulkan getaran luar biasa dan kedua sisinya bergerak secara signifikan. "Indikasi awalnya terlihat pada adanya pergeseran (tanah) beberapa meter," katanya.

photo
Tanah longsor di bawah laut yang diduga menjadi penyebab tsunami di Palu. (ABC News)

Episentrum gempa tidak selalu berada di garis utama patahan bumi. Dalam gempa di Sulteng, diketahui episentrumnya terletak di sebelah utara patahan utama.

Pakar geologi Phil Cummins dari Australian National University mengatakan, memang masih misterius bagaimanan gesekan patahan bumi ini memicu tsunami. Dia mengatakan, tsunami lebih mungkin terjadi dalam peristiwa gempa pada patahan dorong. Sebab, katanya, gerakan vertikalnya mendorong air laut ke atas, menumbulkan gelombang bergerak.

Namun semua pakar yang dihubungi ABC sependapat bahwa gempa bumi di Sulteng telah menyebabkan tanah longsor di bawah laut. Gunung-gunung yang curam di Palu memiliki kaki dengan kemiringan tajam ke laut dalam. Diperkirakan satu atau lebih lereng gunung di bawah laut ini rusak oleh gempa, sehingga menyedot air laut ke bawah.

Longsor tebing-tebing di bawah laut itu menyedot air ke bawah dan kemudian mendorongnya ke atas sehingga menimbulkan gelombang tsunami. "Akibatnya terjadi pergerakan gelombang," jelas Prof Cummins.

Apakah Teluk Memperburuk Situasi? (Halaman berikutnya)

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-10-03/analisa-pakar-australia,-tsunami-palu-disebabkan-longsor-bawah/10332532
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement