Sabtu 06 Oct 2018 06:47 WIB

Pria Ini Kaget Batu Pengganjal Pintunya Seharga Rp 1,5 M

Batu itu ternyata meteorit langka.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Salah satu meteorit tertangkap kamera dalam hujan meteor Perseids
Foto: WIKI/WIRED
Salah satu meteorit tertangkap kamera dalam hujan meteor Perseids

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Pria asal Michigan, Amerika Serikat (AS) tidak menyangka batu yang selama ini digunakannya untuk mengganjal pintu ternyata sangat bernilai. Batu itu ternyata meteorit langka dengan berat sekitar 11 kilogram (kg).

Pria yang enggan disebutkan namanya itu, baru menyadari, ganjalan pintu rumahnya selama 30 tahun terakhir ini bernilai 100 ribu dolar AS. Ia kemudian mendatangi Guru Besar dan Ahli Geologi di Universitas Central Michigan bernama Mona Sirbescu.

Ia meminta Mona memastikan batu tersebut memang meteorit. "Batu itu paling berharga yang pernah saya pegang sepanjang hidup. Paling berharga secara sains dan ekonomi," ujarnya seperti dikutip Newsweek, Sabtu, (6/10).

Pria itu bercerita, ia mendapatkan batu langka tersebut pada 1988. Tepatnya ketika membeli sebuah peternakan di Edmore yang berjarak sekitar 48 kilometer dari kota Mount Pleasant.

Di peternakannya, ada batu yang sudah terlihat digunakan mengganjal pintu. Saat itu, sang penjual properti sudah mengatakan, bersama ayahnya melihat meteorit tersebut jatuh dari langit sekitar 1930-an.

Beberapa tahun kemudian, pembeli peternakan sekaligus pemilik batu meteorit itu sekarang pindah ke tempat baru. Hanya saja ia tetap membawa batu tersebut selama hampir tiga dekade.

Ia baru menyadari batu pengganjal pintunya berharga Januari lalu, saat sebuah meteor melintas dan jatuh sehingga menyebabkan getaran berkekuatan dua magnito menurut Badan Survei Geologi AS (USGS). Saat pria itu memberikan serpihan meteorit ke Mona, guru besar tersebut langsung menyadari seberapa berharganya si batu pengganjal.

Setelah melakukan uji coba, Mona menyebutkan, meteorit itu terdiri dari 88 persen nikel besi. Lalu sebanyak 12 persen nikel amat langka di Bumi.

Mona bahkan mengirimkan serpihan batu itu ke Smithsonian Institution. Tujuannya untuk memastikan pendapatnya benar. Mona bersama tim ahli di Smithsonian kemudian setuju menyebut batu berwarna coklat tersebut dengan nama Edmore. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement