REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Organisasi PBB untuk Anak (UNICEF) mengatakan hampir setiap anak di Yaman membutuhkan bantuan internasional. Setelah empat tahun terjadi perang sipil Yaman kini mengalami krisi kemanusian parah.
Perang tersebut menciptakan resesi ekonomi berkepanjangan, memburuknya pelayanan publik, semakin menipisnya persediaan makanan dan obat-obatan, ambruknya anggaran publik, tingginya angka inflasi dan semakin parahnya kemiskinan. Kini di Yaman, UNICEF menemukan masalah malnutrisi.
"Hampir 1,5 juta keluarga termiskin di Yaman, yang diperkirakan memiliki populasi 9 juta orang, akan mendapat manfaat dari dana darurat yang dikirimkan dengan baik hati oleh Bank Dunia," kata pernyataan UNICEF, seperti dilansir dari Middle East Monitors, Selasa (9/10).
Dalam pernyataannya tersebut UNICEF mengatakan mereka sudah memberikan bantuan dana sebanyak tiga kali ke Yaman. Pemerintah Yaman terbagi menjadi dua sejak 2014 ketika kelompok Syiah yang dikenal sebagai Houthi menduduki ibukota Sana'a. Sejak saat itu perang terus berlangsung.
"Hampir setiap anak di negara ini membutuhkan bantuan di tengah ancaman kelaparan serius dan wabah penyakit yang berulang kali masuk seperti difteri, kolera, dan diare berair yang akut," kata UNICEF.
Konflik berkepanjangan di Yaman telah menewaskan dan melukai lebih dari 6.000 anak-anak selama tiga setengah tahun terakhir. Sampai, saat ini belum ada tanda-tanda perang di Yaman akan berakhir.
"Konflik ini telah melumpuhkan infrastruktur vital seperti air, sanitasi, dan kesehatan," kata pernyataan UNICEF tersebut.
UNICEF melaporkan keluarga-keluarga di Yaman telah kehabisan sumber keuangan mereka, membuat pernikahan anak dan perburuhan anak meningkat. Sementara itu lebih dari dua juta anak di Yaman tidak bersekolah.