REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES - Tim atlet pengungsi akan diizinkan untuk mengambil bagian dalam Olimpiade Tokyo 2020. Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan akan membentuk tim pengungsi untuk Olimpiade musim panas itu.
Dalam sebuah pertemuan di Buenos Aires, Argentina, pada Selasa (9/10), Presiden IOC Thomas Bach bertanya pada anggotanya apakah mereka mendukung pembentukan tim atlet pengungsi, seperti yang pernah bertanding di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Para anggota itu kemudian menanggapinya dengan tepuk tangan.
"Jadi, Anda telah membentuk tim Olimpiade pengungsi, Tokyo 2020. Di dunia yang seharusnya, kami tidak perlu memiliki tim pengungsi dalam Olimpiade. Tapi, sayangnya, alasan awal mengapa kami pertama kali membuat tim pengungsi sebelum Olimpiade Rio 2016, saat ini masih sama," ujar Bach.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyambut atlet pengungsi dan memberi mereka tempat tinggal serta bendera di desa Olimpiade di Tokyo bersama dengan semua atlet Olimpiade dari 206 Komite Olimpiade Nasional," ujarnya menambahkan.
IOC meluncurkan tim pengungsi pertamanya dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran mengenai isu pengungsian. Keikutsertaan tim pengungsi adalah salah satu kisah yang menggembirakan dari Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Tim pengungsi terdiri dari 10 atlet yang berasal dari Suriah, Kongo, Ethiopia, dan Sudan Selatan. Mereka menjadi sorotan setelah berbaris sebagai tim kedua dari belakang sebelum negara tuan rumah, Brasil, dalam upacara pembukaan di stadion Olimpiade.
Para atlet itu mengambil bagian dalam cabang olah raga atletik, renang, dan judo. IOC terus mendukung para atlet ini, beberapa di antaranya juga menghadiri pertemuan IOC di ibu kota Argentina.
"Saya senang tradisi ini akan berlanjut di Tokyo. Memberikan orang-orang muda yang luar biasa ini kesempatan untuk bersaing di tingkat yang sangat tinggi adalah hal yang mengagumkan," kata Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi Filippo Grandi dalam sebuah pernyataan, dikutip Channel News Asia.