Rabu 10 Oct 2018 12:04 WIB

Donald Trump akan Kembali Bertemu Kim Jong-un

Pertemuan kedua antara Donald Trump dan Kim Jong-un tengah dipersiapkan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia telah mempersiapkan rencana pertemuan puncak kedua dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Menurut Trump, ada kemajuan luar biasa dalam hubungan antara AS dengan negara yang telah lama terisolasi itu.

"Yah (kemajuan) itu sedang terjadi dan kami sedang mengatur (pertemuan) itu sekarang," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Selasa (9/10), setelah mengumumkan pengunduran diri Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley.

Sementara saat berbicara kepada wartawan ketika dalam perjalanan ke Iowa, Trump mengatakan pertemuan puncak itu akan diadakan setelah pemilihan paruh waktu AS pada 6 November mendatang. "(Pertemuan) itu akan terjadi setelah pertengahan tahun. Saya tidak bisa sekarang," ungkapnya.

Dia menambahkan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah melakukan pembicaraan yang cukup baik dengan Kim pada akhir pekan ini. Ia mengatakan ada tiga atau empat lokasi yang sedang dipertimbangkan untuk kembali melakukan pertemuan antara dia dan Kim. "Waktunya tidak akan terlalu jauh," ujar Trump.

Pompeo menanggapi komentar Trump ketika melakukan kunjungan pada Selasa (9/10) sore ke Gedung Putih. "Meskipun masih ada jalan panjang dan banyak pekerjaan yang harus dilakukan, kita sekarang dapat melihat di mana kita akan mencapai tujuan akhir kita, yaitu denuklirisasi menyeluruh dan terakhir dari Korea Utara," kata dia.

Trump dan Kim mengadakan pertemuan puncak bersejarah pertama di Singapura pada 12 Juni lalu. Dalam pertemuan itu Kim berjanji untuk mengupayakan denuklirisasi di semenanjung Korea.

Namun, Korut telah gagal memenuhi tuntutan Washington untuk menyerahkan sejata lengkapnya dan fasilitas nuklirnya, yang dapat mengancam AS. Meski demikian, Trump mengaku optimistis pada kemajuan yang dibuat sejauh ini.

"Anda tidak memiliki roket, Anda tidak memiliki rudal, Anda tidak melakukan uji coba nuklir. Kami telah membuat kemajuan luar biasa - luar biasa," tutur Trump di Oval Office.

"Saya setuju untuk melakukan pertemuan. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Kim. Saya suka dia, dia suka pada saya, hubungan kami bagus," kata dia.

Pada Senin (8/10), Pompeo mengatakan kedua pihak sudah hampir menyetujui rincian untuk pertemuan puncak kedua.

Menurutnya, Kim mengatakan dia siap mengizinkan inspektur internasional untuk mengunjungi situs pengujian nuklir Punggye-ri dan melihat fasilitas uji mesin rudal Sohae. Kunjungan itu bisa dilakukan segera setelah AS dan Korut menyepakati logistik.

Namun, para ahli mempertanyakan apa yang telah dicapai Pompeo dalam kunjungan keempatnya ke Pyongyang tahun ini pada Ahad (7/10) lalu. Mereka mengatakan Kim Jong-un hanya mengemas ulang janji-janji masa lalu.

Trump telah menegaskan, AS belum mencabut sanksi besar yang telah dijatuhkan terhadap Pyongyang. "Saya ingin mencabutnya, tetapi kami harus mendapatkan imbalan untuk melakukannya," kata Trump.

Menurutnya, Korut sangat tertarik untuk mencapai kesepakatan denuklirisasi sehingga dapat kembali menumbuhkan perekonomian dengan memanfaatkan investasi asing.

Program Pangan Dunia PBB mengatakan pada Selasa (9/10), kekurangan pasokan makanan masih menjadi masalah yang genting di Korut. Satu dari lima anak terhambat oleh kekurangan gizi. Lebih dari 10 juta warga Korut atau hampir 40 persen dari populasinya, menderita kurang gizi dan membutuhkan bantuan kemanusiaan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement