Rabu 10 Oct 2018 12:19 WIB

Mahasiswa AS Ditolak Masuk Israel karena Dukung Palestina

Parlemen Israel telah melarang masuknya pendukung gerakan BDS.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Ilustrasi Bendera Israel dan Palestina
Ilustrasi Bendera Israel dan Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Seorang mahasiswa asal Amerika Serikat (AS) Lara Alqasem ditolak masuk ke Israel karena diduga mendukung gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) yang pro-Palestina. Juru bicara otoritas imigrasi Israel Sabine Haddad mengatakan Alqasem saat ini berada di sebuah fasilitas imigrasi tetapi tidak ditahan.

"Dia bisa terbang kembali ke Amerika Serikat kapan pun dia mau. Tetapi dia memutuskan untuk mengajukan tuntutan dan tinggal di fasilitas itu karena ditolak masuk. Dia tidak ditahan, dia ditolak masuk," ujar Haddad, Selasa (9/10), dikutip The Guardian.

Haddad mengatakan, tuntutan itu akan disidangkan di pengadilan distrik Tel Aviv. Namun dia tidak mengungkapkan tanggal persidangannya.

Ia menambahkan, hakim Kobi Vardi telah mengeluarkan putusan pada Selasa (9/10) yang mengatakan Alqasem tidak diwajibkan untuk tetap berada di fasilitas penampungan imigrasi. Mahasiswa itu bebas untuk kembali ke negaranya dan sidang di pengadilan Tel Aviv masih bisa diadakan tanpa kehadirannya.

Pada Maret 2017, parlemen Israel mengesahkan undang-undang yang melarang masuknya pendukung gerakan BDS yang pro-Palestina. Gerakan itu terinspirasi dari gerakan di Afrika Selatan sebelum jatuhnya apartheid.

Alqasem, yang dilaporkan merupakan keturunan Palestina, dihentikan di bandara internasional Ben Gurion Israel dan ditolak masuk. The Jerusalem Post sebelumnya telah melaporkan bahwa selama studi di University of Florida, Alqasem adalah presiden Students for Justice in Palestine, yang sering memimpin kampanye boikot melawan Israel.

Menurut ibunya, Karen Alqasem, anaknya telah mendaftar untuk program master satu tahun di bidang hak asasi manusia di Universitas Ibrani Yerusalem. Alqasem telah memiliki visa Israel.

Universitas telah mengajukan permohonan ke pengadilan Tel Aviv untuk bergabung dengan tuntutannya untuk melawan deportasi. "Mahasiswa ini ingin datang ke sini dan belajar di Universitas Ibrani selama satu tahun," kata presidennya, Profesor Asher Cohen.

Menteri Keamanan internal Israel Gilad Erdan mengatakan akan mempertimbangkan untuk mengizinkan Alqasem belajar di universitasnya jika dia secara terbuka menyatakan mengecam BDS.

"Jika Lara Alqasem menyatakan atas nama dirinya sendiri, bukan dipaksa oleh pengacara, bahwa dukungan untuk BDS adalah sesuatu yang salah dan dia menyesali apa yang telah dia lakukan, kami pasti akan mengevaluasi kembali," ungkap Erdan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement