Rabu 10 Oct 2018 18:22 WIB

Korsel Pertimbangkan Cabut Sanksi Unilateral ke Korut

Korut berjanji akan membongkar situs nuklirnya dengan syarat tertentu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Pyongyang, Korut, Ahad (7/10).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Pyongyang, Korut, Ahad (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL-- Korea Selatan mempertimbangkan untuk mencabut sejumlah sanksi unilateral kepada Korea Utara. Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-ha mengatakan, pencabutan sanksi ini untuk menciptakan momen diplomasi yang bertujuan meningkatkan hubungan antar kedua negara.

Korsel menutup semua kerja sama ekonomi lintas batas kecuali pabrik milik bersama di Keasong, kota perbatasan di Korut. Semua kerja sama ditutup pada Febuari 2016 setelah Korut melakukan ujicoba roket bertenaga nuklir.

Dalam sanksi yang dinamakan "May 24 measure" Korsel juga melarang kapal Korut melintasi perairan mereka. Dalam pertemuannya dengan parlemen, Kang mengatakan akan mengkaji ulang apakah penghapusan sanksi ini perlu dilakukan atau tidak.

"Banyak bagian 'May 24 measures' yang mirip dengan sanksi PBB ke Korut, berlanjutnya negosiasi untuk meningkatkan hubungan antara Korsel dan Korut dan mencapai kesepakatan dalam denuklirisasi, dibutuhkan kajian yang lebih fleksibel sepanjang tidak merusak kerangka sanksi yang lebih luas kepada Korut," kata Kang, Rabu (10/10).

Baca juga, Kim Jong-un Izinkan Internasional Periksa Nuklir Korut.

Sanksi 'May 24 measure' diterapkan pada 2010 setelah kapal perang Korut menewaskan 45 nelayan Korsel. Langkah Korsel mencabut sanksi ini hanya akan berdampak kecil bagi Korut karena sanksi internasional yang dipimpin Amerika Serikat masih berlaku.

Tapi pergerakan Korsel ini jelas memperlihatkan Negeri Gingseng tengah mempersiapkan diri untuk kembali bekerja sama dengan Korut. Terutama ketika kesepakatan AS-Korut dalam denuklirisasi Semenanjung Korea sudah mulai membuahkan hasil.

Presiden Korsel Moon Jae-in menggambarkan kesepakatan inter-Korea ini sebagai langkah yang sangat penting untuk menghilangkan nuklir di Semenanjung Korea. Sebagaian besar pemimpin bisnis Korsel ikut dalam kunjungan Moon ke Pyongyang pada akhir bulan lalu.

Dalam pertemuan tersebut Moon dan Kim sepakat untuk kembali mengoperasikan pabrik Keasong dan memberikan optimisme terhadap pencabutan sanksi internasional. Korsel dan Korut juga sudah mengumumkan akan mengurangi ketegangan di bidang militer dengan membuat semacam zona penyangga di sepanjang perbatasan darat dan laut mereka. Selain itu zona larangan terbang di perbatasan kedua negara.

Korea Utara juga mengatakan, akan membongkar fasilitas nuklir utama mereka di Nyongbyon jika Amerika Serikat mengambil langkah tertentu yang sampai saat ini belum diumumkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement