REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paus Fransiskus dalam pidatonya, Rabu (10/10) membandingkan pengguguran kandungan dengan menyewa pembunuh bayaran untuk menghilangkan orang bermasalah. Paus Fransiskus menyampaikan tanggapan terbukanya tentang pengguguran kandungan di hadapan puluhan ribu orang yang berkumpul di alun-alun Santo Petrus untuk pertemuan umum mingguannya.
Aborsi menjadi pertempuran sengit politik di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat. Kelompok konservatif mengharapkan Mahkamah Agung membatalkan aturan bersejarah pada 1973, yang dikenal dengan Roe v. Wade, yang mengesahkan pengguguran kandungan.
Paus mengecam yang disebutnya bertentangan karena memungkinkan penindasan kehidupan manusia di dalam rahim ibu atas nama melindungi hak yang lain.
"Saya bertanya kepada Anda, Apakah benar mengambil kehidupan manusia untuk memecahkan masalah? Apa yang kamu pikirkan? Apakah tepat? Apakah benar atau tidak?" katanya dalam pidato tanpa naskah. Banyak orang di kerumunan itu berteriak, "Tidak."
Gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa kehidupan dimulai pada saat pembuahan dan berakhir pada saat kematian alami. Gereja itu juga melarang bunuh diri berbantuan, tapi menyatakan keluarga atau penderita dapat memutuskan berhenti menggunakan cara khusus untuk membuat orang tetap hidup.
Tidak lama sesudah menjadi Paus pada Maret 2013, Fransiskus dinilai tak terlalu memperhatikan masalah "perang kebudayaan", seperti, pengguguran kandungan, pencegahan kehamilan dan pernikahan sejenis, dengan mengatakan dalam wawancara bahwa Gereja "terobsesi" dengan semua itu.
"Tidak perlu membicarakan masalah itu pada semua waktu," katanya. Ia juga menambahkan bahwa pendirian Gereja atas masalah tersebut sangat jelas dan Gereja juga harus mengatasi masalah kemasyarakatan, seperti, kemiskinan, ketidakadilan dan imigrasi.